BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berbicara tentang guru adalah topik
yang takkan pernah habis untuk dibicarakan. Kisah perjalanan profesi guru terus
berjalan seiring berjalannya waktu. Pasang surut terus terjadi dari masa ke
masa. Dulu profesi guru bukannlah jenis pekerjaan yang disukai dan diminati
banak orang. Untuk menjadi seorang guru, orang tersebut harus benar-benar
bermental baja, siap berkorban,puna kesabaran yang tinggi dan harus siap diupah
dengan bayaran yang rendah atau bahkan bagi guru non formal kadang kala harus
menunggu uluran tangan orang tua anak ang didikna karena ia tak pernah
menetapkan tarif bayaran untuk anak didiknya.
Kalau bukan karena panggilan jiwa,
sepertinya sangat sulit bagi seseorang untuk memilih guru menjadi profesinya. Faktanya
banyak factor ang membuat seseorang mau menjadi guru. Ada yang menjadikan guru
sebagai profesi, namun banyak juga yang menjadi guru karena panggilan nurani.
Seseorang yang benar-benar ingin memberikan ilmunya kepada anak didiknya
sebagai calon penerus bangsa secara tulus. Sosok manusia yang mengabdikan diri
berdasarkan panggilan jiwa maupun hati nurani bukan karena tuntutan material
belaka, itulah profil guru ideal yang sesungguhnya.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka diambil sebuah rumusan masalah sebagai berikut : guru sebagai
panggilan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
Guru Sebagai Panggilan
Jiwa
A.
Pengertian
Guru
Di dalam dunia pendidikan tak pernah
terlepas dari sosok yang bernama guru. Orang jawa menyebut bahwa guru berasal
dari kata ‘digugu lan ditiru’, artinya bahwa seorang guru harus bias dipercaya
dan ditiru setiap hal yang positif, baik dari segi keilmuan yang dikuasainya
hingga sikap dan etikanya di sekolah.
Orang ang memilki kemampuan
merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar
siswa dapat belajar dan pada akhirna dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagaiY
tujuan akhir dari proses pendidikan.[1]
B.
Guru
dan Tugas Panggilan Jiwa
Guru adalah panggilan jiwa maka yang
terjadi ialah profesi guru dihayati sedemikian rupa, dinikmati dengan segenap
semangat pengabdian dan prestasi serta sanggup mengalahkan godaan-godaan
profesi Lain yang secara materi lebih menjajikan. Seorang guru harus mau
berfikir bagaimana seharusnya system pendidikan dibangun dan dikembangkan.
Kaplau diperlukan siap mengabdikan dirinya menjadi guru didaerah terpencil dan
mampu berprestasi baik secara akademis.
Sebagian guru melakukan tugas
dikarenakan oleh surat yang diterimanya dari satu lembaga, sebagian yang lain
ia melakukan tugas mengajar karena tanpa surat, dari satu kelas ke kelas lain,
dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Sama-sama mengajar, tetapi pada sisi
tertentu mereka berbeda, dan ini akan berakibat pada bagaiamana mereka bekerja
atau mengajar di depan kelas.
Pada dasarnya benar bahwa guru
dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar, mendidik dan melatih
peserta didik, serta memenuhi kompetensi sebagai orang yang patut digugu dan
ditiru dalam ucapan dan tingkah lakunya.
Untuk itu tidak dapat dipisahkan
bagaimana seorang guru harus mengajar saja, atau mendidik saja, atau bahkan
melatih saja. Padahal ketigana sama-sama menjadi bagian dari tugas guru. Tentu
juga hal ini tergantung pada bagaimana guru memaknai dirinya, atau mempersepsi
diri sebagai tenaga pengajar, pendidik atau pelatih tadi.seperti dalam satu
pendapat bahwa konsep diri positif guru merupakan modal ruhaniah bagi seorang
guru untuk menjadikan dirinya sendiri efektif dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih siswa.
Ketiga hal diatas dapat dilakukan
secara bersama, dengan mengkedepankan tujuan pendidikan, sedikitna ada tiga hal
penting yang harus dilakukan seorang guru dimana dia melakukan tugas sebagai
sebuah panggilan jiwa. Ketiga hal tersebut adalah:
-
Mengajar dengan hati
Guru yang melakukan tugas mengajar
dengan hati dapat dijabarkan sebagai sebuah keadaan, dimana guru melakukan
kegiatan baik merencanakan pendidikan, melaksanakan dan mengembangkan
pembelajaran serta menilai muridnya adalah dikarenakan hatinya. Karena hati
maksudnya memang dating dari kesadarannya bahwa ia melakukan karena sudah
tugasnya. Bukan karena hitungan gaji, bukan karena fikira mencari imbalan dan
lain sebaginya. Mengajar dengan hati adalah salah satu filar dimana guru
bertugas sebagai panggilan jiwa.
-
Mengajar dengan
keikhlasan
Guru yang melaksanakan tugas lebih
mengkedepankan keikhlasan tampak ketika ia merencanakan kegiatan pembelajaran
adalah dikarenakan memang tugas dirinya, bukan karena muridnya yang baik-baik,bukan
karena sekolahnya yang nyaman, atau bukan karena gaji yang mencukupi.
Keikhlasan akan tampak pada seorang guru khususnya dalam mengahapi masalah
keguruan. Adalah tanpa membandingkan bandingan satu sekolah dengan sekolah
lain, tanpa membandingkan dirinya dengan profesi lain. Sebagai seorang guru
harus ikhlas mengajar apapun resiko yang dihadapinya. Itula inti dari bahwa
mengajar karena panggilan jiwa bukan karena panggilan gaji dan sebagainya.
-
Mengajar untuk masa
depan
Guru yang melaksanakan tugas untuk
mengajar, selalu memikirkan bagaimana menciptakan anaka didik yang siap hidup
di masa depan. Maka kurikulum dan rencana pengajaran disusun sedemikian rupa,
pengelolaan pengajaran dikembangkan dengan contoh-contoh yang diadaptasi untuk
masa depan.
C.
Guru
dan tugas kemanusiaan
Sebagian
waktu yang dimilki orang tua adalah untuk mendidik anak dirumah, akan tetapi
karena kesadarannya ia member tanggung jawab kepada guru di sekolah. Ketika
disekolah tentulah guru melakukan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan aturan
dan ketentuan. Aturan tersebut mengikat dirinya ada hak-hak yang harus
diperolehnya, dan ada pula kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya. Inilah berfikir
menakistik, dimana guru adalah pekerja ang bertugas mengambil alih waktu dari
orang tua ketika keluar rumah atau jam sekolah.
Dalam tugas kemanusiaan berfikir
bahwa guru dengan tugas semata adalah hak dan kewajiban selama di sekolah atau menggantikan orang
tua, hal ini sulit untuk diterima. Guru
dengan panggilan jiwanya ia memiliki tugas kemanusiaan yang lebih besar dari
itu. Betapa tidak, kita sadar; tidak akan akan maju suatu bangsa tanpa dihuni
oleh orang- orang berakhlak mulia dan cerdas serta terampil. Sedangkan untuk
memajukan pendidikan kuncinya adalah ada
pada guru. Karena itulah sesungguhnya guru merupakan kekuatan penggerak yang
amat strategis untuk mengubah masyarakat atau bangsa ini. (Imam, 2011:313)
Jadi tugas guru
adalah tidak sekedar menyampaikan ilmu sebatas murid di kelasnya, sebatas rung
di kelasnya, dan sebatas kurikulum di kelasnya. Lebih dari itu guru dapat
mendidik dunia di luar kelas, untuk itu sedikitnya ada tiga hal penting yang
dapat dilakukan guru yang mendidik sebagai tugas kemanusiaan yakni sebagai
berikut:
-
Mendidik
dengan melihat keadaan
Apapun yang
dihadapan guru, siapapun yang add didepannya, adalah satu keadaan yang menjadi
pertimbangan awal untuk melakukan kegiatan pendidikan. Seorang guru yang
mengajar berangkat dari keadaan akan lebih bermanfaat ilmu yang akan disampaikan,
dibanding dengan banyaknya khayalan atau nilai- nilai normatif yang jauh dan
bahkan akhirnya sulit untuk dijangkau. Jadi mendidik dengan melihat keadaan,
adalah satu rumus dimana guru harus selalu berangkat dari kondisi dimana murid
sedang berada, tingkat kemampuan dan keadaan di sekitarnya menjadi ukuran start
dimulai pembelajaran. Itulah yang disebut guru melaksanakan tugas pendidikan
sebagai tugas kemanusiaan.
-
Mendidik
dengan memperdayakan lingkungan pendidikan,
Situasi apapun
yang ada ketika melaksanakan kegiatan pendidikan, alangkah baiknya bila
melibatkan segala apa yang ada di lingkungan baik fisik maupun non fisik. Guru
yang baik, selalu memperhatikan lingkungan fisik, bila itu di kampung atau
desa, maka dia mendayagunakan benda atau kondisi setempat untuk menjadi bahan
pelajaran, media pembelajaran. Bila ia mengajar di kota atau masyarakat yang
lebih modern, maka ia memanfaatkan teknologi atau berbagai fasilitas yang
tersedia untuk menjadi instrumen pembelajaran. Jadi kegiatan pembelajaran
selalu menjadikan lingkungan baik lingkungan alam, lingkungan masyarakat menjdi
bagian dari pembelajarannya. Tugas kemanusiaan seorang guru tidak akan
meninggalkan berbagai keadaaan dan lingkungan dari proses menciptakan murid
yang berhasil untuk masa depannya.
-
Mendidik
untuk kemaslahatan umat
Guru yang
mengajar selalu mengembangkan berbagai inovasi, berbbagai temuan, berbagai hal
yang kadang tidak ada sebelumnya, itu adalah kebaikan. Apalagi kebaikan itu
diarahkan untuk memberikan kemudahanbagi orang lain, baik murid dimasa
depannya. Kegiatan pendidikan atau mendidik murid pada hal- hal tertentu tidak
semata- mata untuk kepentingan murid itu sendiri, apalagi sebatas untuk mata
pelajran dikelas. Lebih dari itu kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang lebih
luas yakni menciptakan sesuatu untuk kebaikan masyarakat, kemaslahatan dunia.
Guru yang memilki fisi kemanusiaanlah yang dapat melakukan terobosan- terobosan
ini. Jadi sekali lagi tugas kemanusiaan akan tampak pada seorang guru, apabila
dia melakukan tugas mendidik dan mengajarnya adalah lebih dari sekedar untuk
murid didipan kelas.
D.
Guru dan Tugas sebagai Ibadah
Ketika bangsa mencapai puncak peradapan itu adalah harapan
seluruh warga negaranya, ketika generasi muda siap menggantikan berbagai peran,
itu adalah harapan seluruh orangtua, dan ketika anak bangsa memiliki kualitas
sumber daya manusia itu adalah harapan semua guru dan dunia pendidikan. Untuk
mencapai berbagai harapan diatas, tentu tidaklah mudah, salah satunya debgan
membuat komitmen bahwa pendidika atu tugas guru tidak hanya sebatas
menyampaikan satu materi pelajaran. Lebih dari itu guru memiliki komitmen bahwa
ap yang dilakukannya adalah bagian dari tugas masa depan bangsa.
Profesi mengajar
tidak dapat disampaikan oleh satu profesi lain pun dalam hal keutamaan dan
kedudukan, dan profesi (sebagai) pengajar termasuk semulia- mulia dan seluhur-
luhurnya profesi. (Fu’ad, 2010: 1). Sampai pada tingkat mengajar sekalipun,
guru tidak bertugas sendiri, tidak menentukan apa yang akan menjadi tujuan kerjanya
secara sendiri- sendiri, dia adalah bagian dunia yang lebih luas. Karena
perannya memang begitu penting bagi upaya membangun peradaban dunia.
Dalam kaitannya
dengan kegiatan mengajar, ada beberapa aspek penting yang bernilai spritual
yakni; 1) Niat, 2) Doa, 3) Ikhlas. (Ngainun, 2009: 127). Karena mengajar adalah
panggilan jiwa, maka salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah bagaimana
guru menjadikan tugas mengajar adlah bagian dari kebutuhan, tugas kemuliaan
untuk mendapatkan keridhoaan Tuhan.
Tugas mengajar sebagai bagian dari ibadah tadi
dapat dijabarkan sebagai berikut:
-
Mengajar
adalah kebutuhan
Kebutuhan untuk
mengajar bukan semata karena roster yang diberikan oleh kepala sekolah, bukan
sekedar untuk mendapatkan gaji diakhir bulan, atau untuk mendapatkan gengsi,
dan sebagainya. Guru yang baik adalah guru yang mempunyai kkebutuhan untuk
menyamaikan apapun dalam gagasan, ilmu dan keterampilan untuk generasi muda.
Sehingga panggilan jiwanya menyatu pada tugas guru dan menjadi ibadah karena
keikhlasan yang dilakukannya. Inilah salah satu ciri guru yang apabila mengajar
justru jdi masalah.
-
Mendidik
adalah tugas kemuliaan
Ada guru yang
mengajar dapat dilakukan kapan saja, kepada siapa saja, tetapi ada guru yang
apabila ingin memulai mengajar ia mempersiapkan sedemikian rupa, berbagai
persiapan tersebut salah satunya adalah dengan berdoa, bahkan di akhir
pengajarannya ia melaksanakan sedikit spritual, yakni berdoa juga. Dua prilaku
guru yang berbeda ini, salah satunya disebabkan oleh paradigma profesi yang ia
miliki. Guru pertama menganggap bahwa kegiatan mengajar lebih kepada
keterampilan, untuk itu kemampuannya menyampaikan banyak materidengan sedikit
menomorduakan prosedur apalagi makna mengajar yang lebih luas. Sementara guru
lebih mengedepankan aturan, pemaknaan bahkan penanaman nilai arti mengajar dan
belajar.
Seorang guru yang mengajar dengan niat ikhlas, tentu ia akan
menjadikan kegiatan ini bagian dari ibadahnya, dengan itulah ia menjalankan
tugas yang mulia baik untuk profesinya, untuk dunia pendidikan dan umat
manusia. Jadi tugas kemu;iaan guru akan muncul dengan sendirinya pada seorang
guru yang melaksanakan tugas dengan baik, dan nilai ibadah telah menunggu di
setiap langkah yang dilakukannya.
-
Mendidik
dan mengajar untuk mendapat keridhoaan
Mendidik dan
mengajar sebagai tugas seorang guru, sekali lagi benar adalah sebuah profesi,
akan tetapi imbalan yang akan diperoleh tidak dapat diukur semata dengan
materi, dengan promosi kenaikan pangkat. Lebih dari itu tugas utama guru ini
adalah dipersembahkan untuk dirinya, untuk umat, dan untuk Tuhan, akhirnya
keridhoaannyalah yang ia harapkan dan dapatkan.[2]
E.
Peran Guru
-
Korektor, Sebagai
korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk.
-
Inspirator, Sebagai
inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar
anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat
memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
- Informator, Sebagai
informator guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
- Organisator, Sebagai
organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru.
- Motivator, Sebagai
motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif
belajar.
- Inisiator, Dalam
peranannya sebagai inisiator guru harus
dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
- Fasilitator,
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
- Pembimbing, Peranan guru
yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas,
adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena
kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia
dewasa susila yang cakap.
- Demonstrator, Dalam
interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Untuk
bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan
membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis,
sehingga apa guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi
kesalahan pengertian antara guru dan anak didik.
- Pengelola Kelas, Sebagai
pengelola kelas, hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas
adalah tempat terhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan
pelajaran dari guru.
-
Mediator,
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Media
berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi
edukatif.
-
Supervisor, Sebagai
supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara
kritis terhadap proses pengajaran.
-
Evalutor, Sebagai
evaluater, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur,
dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik.[3]
F. Perbedaan
guru sebagai profesi dan panggilan jiwa
1. Guru sebagai profesi
a. Mengajar
lebih cenderung menjadikan anak pandai tentang ilmu pengetahuan saja.
b. Hanya berusaha menghabiskan kurikulum atau silabus
yang telah ditetapkan tanpa mau tahu apakah anak didik sudah mampu menyerap apa
yang diajarkan
c. Lebih banyak
memikirkan honor dibandingkan hasil belajar anak.
d. Biasanya memilih-milih anak didik. Kelas yang
anak-anaknya ramai atau lambat dalam menerima materi akan dijauhi.
e. Tidak sabar,
apalagi menghadapi anak didik yang lambat.
f. Mengajar
menjadi suatu beban.
2. Guru sebagai panggilan nurani (jiwa)
a. Selain mengajarkan ilmu
pengetahuan juga membangun dan membina jiwa dan watak anak didik.
b. Berusaha
menghabiskan kurikulum yang ada namun tetap memperhatikan kemampuan daya serap
anak didik.
c. Honor
menjadi urusan kesekian yang terpenting ialah prestasi anak baik.
d. Menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada siapa saja dan di mana saja. Tidak peduli dengan bagaimana keadaan kelas
dan anaknya karena sudah menjadi tugas guru untuk mengubah anak didik menjadi
lebih baik.
e. Akan
sabar mengajar anak didik sampai anak didik benar-benar bisa.
f. Mengajar
menjadi suatu kesenangan bukan sebagai beban.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bagi guru
yang mengajar dengan panggilan jiwa tugas mengajar menjadi suatu kesenangan,
Guru yang mengajar dengan panggilan jiwa akan sabar mengajar anak didik sampai
anak didik benar-benar bisa, Guru Panggilan jiwa dalam mencari jam terbang
banyak untuk menyebarkan ilmu sebanyak-banyaknya dan tanpa pamrih, panggilan
jiwa menyampaikan ilmu kepada siapa saja dan dimana saja,
Namun Bagi profesi mengajar menjadi suatu
beban/kewajiban, Guru profesi akan memilih jam terbang sebanyak-banyaknya demi
bayaran, Guru profesi memilih-milih anak didik, Guru profesi hanya berusaha
menghabiskan kurikulum atau Silabus yan telah ditetapkan. Tanpa mau tahu
apakah si anak didik sudah mampu menyerap apa yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amini.2013. Profesi Keguruan. Medan: Perdana Publishing.
D Syaiful Bahri, 2000.Guru
dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif . Jakarta: PT Rineka
cipta.
Suprihatiningrum Jamil,
2013. Guru professional , Yogyakarta : Ar-ruzz Media