Catatan Barbie
Kamis, 16 Januari 2020
Masker Mahya Medan
Saya menggunakan Instagram sebagai @mahya_medan. Instal aplikasinya untuk mengikuti foto dan video saya. https://www.instagram.com/invites/contact/?i=1ci5pxz84jvfo&utm_content=cku881v
Rabu, 02 Januari 2019
Jumat, 09 Maret 2018
Pecundang Favorit
Terima kasih
Kau masih mengakui ku
Terima kasih
Kau masih mendekati ku
Walau hanya saat butuhmu
Kita pernah, pernah berkomitmen
Pernah berharap
Pernah bercerita
Tapi sadarkah ?
Kita tak sedekat dahulu
Sadarkah
Kita tak sebahagia dahulu
Terima kasih
Kau masih menganggapku masih bersamamu
Tapi kini aku tak seyakin dulu
Tapi kini aku tak mengakuimu
Aku hanya menganggapmu pecundang favoritku
Senin, 07 Desember 2015
INTERAKSI SOSIAL SECARA ISLAMI
BAB I
PENDAHULUAN
Interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada
reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu dengan individu. Individu dengan
kelompok. Kelompok dengan kelompok dll. Contoh, guru mengajar merupakan contoh
interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan
syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.
Jadi,
pengertian tentang Interaksi Sosial sangat berguna didalam memperhatikan dan
mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpamanya di Indonesia sendiri
membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang berlangsung berbagai suku
bangsa, golongan agama. Dengan mengetahui dan memahami perihal tersebut dapat
menimbulkan atau mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu. (Soerjono Soekanto,1990:54)
Faktor
yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati
dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru
orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya
memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh.
Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau
yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.
Indentifikasi
adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang
mengindentikkan (menjadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan
kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang
didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.
Empati
adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban
bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi
sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial.(Gunawan, 2010:33)
Islam adalah agama universal
yang ajarannya ditujukan bagi umat manusia secara keseluruhan. Inti ajarannya
selain memerintahkan penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga meletakan
pilar-pilar perdamaian yang diiringi dengan himbauan kepada umat manusia agar
hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang perbedaan ras,
suku, bangsa dan agama, karena manusia pada awalnya berasal dari asal yang sama.
Melalui ajaran dan pilar
tadi, Islam mendorong para pengikutnya agar bersikap toleransi dengan pengikut
agama lain dan bersikap positif terhadap budaya, karena Allah SWT telah
menjadikan manusia sebagai khalifah yang mempunyai tanggung jawab kolektif untuk
membangun bumi ini, baik secara moril maupun materil. Firman Allah SWT:
۞وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمۡ صَٰلِحٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ
ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَٱسۡتَعۡمَرَكُمۡ
فِيهَا فَٱسۡتَغۡفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٞ مُّجِيبٞ
٦١
Artinya: 61.
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)" (Hud:61).
Maksud dari ayat tersebut
adalah, bahwa manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan
dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
INTERAKSI
SOSIAL SECARA ISLAMI
A.
Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi
Sosial berarti hubungan dinamis antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Bentuknya seperti kerja sama,
persaingan, pertikaian, tolong-menolong dan Gotong-royong. Soerjono Soekanto
mengatakan Interaksi sosial adalah kunci dari seluruh kehidupan sosial, oleh
karena itu tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi kehidupan bersama.
Interaksi terjadi antara orang-perorangan, kelompok dengan kelompok, dan
individu dengan kelompok.
(Sahrul,2001:67)
Dalam
Islam, Interaksi Sosial disebut dengan istilah hablum minannaasi (hubungan
dengan sesama manusia), pengertiannya juga tidak berbeda dengan pengertian
interaksi sosial diatas, yaitu hubungan dengan individu, individu dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok. Contohya, Saling sapa, berjabat tangan,
silaturrahim, solidaritas sosial, ukwah islamiah dan lai-lain.
Interaksi sosial tidak hanya terjadi dikalangan komunitas atau suatu kelompokya
saja tetapi juga diluar komunitasnya.
Interaksi sosial adalah
kunci dari semua kehidupan social, oleh karena itu tanpa interaksi social, tak
akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara
badaniyah bahkan tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok
social. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan
seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan,
pertikaian dan lain sebagainya. (Soerjono Soekanto,1990:60)
Dalam Islam ada tiga
hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama
manusia dan hubungan kepada alam semesta. Ketiga hubungan ini harus seimbang
dan bersinegri. Artinya, tidak boleh fokus pada satu bentuk hubungan saja.
Misalnya, mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama
manusia di abaikan. Apabila hal itu diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan
sesorang. Hubungan kepada Allah dari sudut sosiologi disebut dengan hubungan
vertikal dan hubungan sesama manusia disebut hubungan horizontal. Hubungan
kepada sesama manusia dalam istilah sosiologi disebut dengan interaksi sosial.
Hubungan kepada alam semesta yaitu tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi
melestarikan dan menjaga dengan baik.
B. Determinan Interaksi Sosial.
a.
Adanya kepentingan. Manusia sebagai makhluk paripurna
dan makhluk sosial memiliki kepentingan terhadap orang lain, tidak bisa hidup
sendirian, dan bahkan memerlukan bantuan orang lain. Bentuk kepentingan itu
misalnya : pergaulan sosial, tolong-menolong dan punya kebutuhan yanga sama.
b.
Ingin hidup bersama. Ciri manusia yang selalu berinteraksi
yaitu ingin hidup bersama dan bersosialisasi. Karena itu, dalam pergaulan
sosial ia tidak saja melakukan interaksi pada satu kelompok saja tetapi juga
pada kelompok-kelompok lain dengan tidak membeda-bedakan suku, bangsa latar
belakang sosial, artinya, pada siapa saja dapat melaksanakan interaksi sosial.
c.
Menghindari konflik sosial. Salah satu yang harus
dijauhi di dalam kehidupan sosial ialah terjadinya konflik sosial, konflik bisa
timbul karena benturan agama, ideologi, politik, kesenjangan sosial, ekonomi,
kesalah pahaman dan penerapan hukum yang tidak adil. Untuk mengatasi konflik
tersebut harus selalu berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat.
d.
Menjalin kerja sama. Bekerja sama maksudnya ialah
bekerja sama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama misalnya,
organisasi sosial, organisasi politik, dan pada umumnya dalam suatu perusahaan
, seorang menejer dibantu oleh para karyawannya.
e.
Faktor kekerabatan dan keagamaan. Kekerabatan terjadi
karena ada hubungan darah dan perkawinan sehingga memudahkan untuk melakukan
interaksi sosial.
f.
Kedekatan; hubungan ketetanggaan atau tempat tinggal
interaksi yang harmonis tetapi juga sebaliknya yaitu terjadi konflik antara
tetangga. Pada umumnya semakin dekat jarak geografis antara dua orang maka
makin tinggi tingkat interaksi, saling bertemu, berbicara dan bersosialisasi.
g.
Kesamaan; terbentuknya kelompok sosial karena ada
kesamaan di antara anggota-angotanya. Pada umumnya faktor kesamaan itulah yang
menyebabkan orang selalu berinteraksi.
h.
Faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
Faktor faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri, secara terpisah dan
serentak. (Sahrul,2001:69)
C.
Interaksi
sosial
masyarakat islam
1. Pandangan
Islam Tentang Interaksi Sosial.
Dalam
Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan yang mencakup
populer yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih sayang. Silaturrahim
sebagai bentuk interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada kegiatan
majlis taklim, menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan tahun baru Islam,
hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal. Namun,
harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan itu saja.
Tetapi dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat
dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu antara
jama’ah, saling kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi. (Soerjono Soekanto,1990:68)
Istilah
yang lebih luas dari interaksi sosial yakni ukhwah Islamiyah. Artinya,
persaudaraan yang dijalin sesama muslim. Persaudaraan itu dibagi empat, yaitu :
a.
Ukwah ‘Ubudiyah
yaitu ukhwah berdasarkan sama-sama hamba Allah
b.
Ukhwah Al
Insaniyah, artinya ukwah yang didasarkan karena sama-sama manusia sebagai
makhluk Allah yang bersumber dari seorang ayah dan ibu yaitu nabi Adam Dan Siti
Hawa.
c.
Ukhwah
al-Wathaniyah. Yaitu, ukhwah yang didasarkan pada negara dan kebangsaan yang
sama.
d.
Ukhwan fin din
Al-Islam, yaitu : ukhwah yang didasarkan karena sama-sama satu akidah. (Zaki,2010:71-72)
Dasar
terbentuknya ukhwah Islamiyah, firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujarat, pada
ayat 10, yaitu :
إِنَّمَا
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠
Artinya:
10. Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Bentuk
persaudaraan yang di ajarkan oleh al-quran tidak hanya karena faktor satu
aqidah Islam. Tetapi disuruh juga untuk melakukan ukhwah dengan umat lain.
Menurut Ali Nurdin, Istilah yang disebut oleh al-quran untuk menjalin ukhwah
dengan umat lain tidaklah memakai ukhwah tetapi lebih tepat memakai istilah
toleransi. Toleransi maksudnya adalah tolong menolong dan saling menghargai
antara penganut agama. Toleransi yang dibenarkan yaitu toleransi dalam bidang
kehidupan sosial sedangkan dalam bidang aqidah dan ibadah tidaklah dibenarkan.
2.
Etika Interaksi Sosial Dalam Islam
Dalam melakukan interaksi
sosial harus ada etika yang dibangun sehingga interaksi itu tetap harmonis,
kondusif dan tidak terputus. Berkaitan dengan hal tersebut, Islam menjelaskan
beberapa etika tersebut, antara lain, :
a.
Tidak boleh saling memfitnah. Perbuatan fitnah itu
dilarang dalam ajaran Islam karena bertentangan dengan kenyataannya. Dalam
kehidupan sosial ditemukan beberapa bentuk fitnah, yaitu fitnah terhadap harta,
anak, keluarga, dan jabatan bahkan perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh
sebahagian masyarakat. Dari segi pergaulan sosial fitnah itu cukup merugikan
orang lain dan dampaknya dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dendam dan
terputusnya hubungan silaturrahim.
b.
Tidak boleh menghina atau menghujat sesama muslim.
Perilaku tersebut dewasa ini cukup mudah ditemukan dalam kehidupan sosial. Orang
begitu mudah tersinggung, menghina, menghujat tanpa alasan yang jelas.
Dampaknya, yakni sering terjadi permusuhan, kebencian, bahkan juga pertengkaran
sesama muslim yang pada akhirnya mengganggu ukhwah islamiyah.
c.
Tidak dibenarkan berburuk sangka kepada orang lain
(suuzzan). Karena tetangga, teman dan pegawai kantoran membangun rumah mewah,
menduduki jabatan terhormat, punya harta, maupun mobil sering menimbulkan buruk
sangka di masyarakat. Dalam Islam, sifat buruk sangka tidak dibenarkan dan
termasuk kedalam kategori akhlak al-mazmumah (akhlak tercela).
d.
Bersikap jujur dan adil. Dalam kehidupan sosial tidak
dibenarkan penuh dengan kebohongan dan ketiadakadilan karena dapat merugikan
pribadi, keluarga, masyrakat bahkan merugikan negara. Pemimpin yang jujur dan
adil akan dihormati, dicintai oleh rakyat dan diteladani kepemimpinannya.
Tetapi apabila pemimpin tidak jujur dan tidak adil maka aka dihina masyarakat,
dan tidak dihormati.
e.
Bersifat tawaduk
atau merendah diri. salah satu sikap yang dibangun dalam interaksi
sosial tidak dibenarkan bersifat sombong karena haratnya, jabatan dan status
sosial.
f.
Berakhlak mulia. Sesorang yang berakhlak mulia akan
mengantarkan bangsa menjadi baik dan dihormati dalam hubungan internasional.
Tetapi apabila masyarakat dan bangsanya tidak berakhlak mulia maka bangsa itu
tidak dihormati dan mengalami kehancuran. Berakhlak mulia merupakan azas
kebahagiaan, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara sesama
manusia, baik pribadi maupun dengan lingkungannya. (Sahrul,2001:79)
3. Adab
Interaksi Sosial dalam Kehidupan Muslim
Manusia
adalah makhluq sosial, dia tak bisa hidup seorang diri, atau mengasingkan diri
dari kehidupan bermasyarakat. Dengan atas penciptaan manusia yang memikul
amanah berat menjadi khalifah di bumi, maka Islam memerintahkan ummat manusia
untuk saling ta’awun, saling tolong-menolong, untuk tersebarnya nilai rahmatan
lil alamin ajaran Islam. Maka Islam menganjurkan ummatnya untuk saling ta’awun
dalam kebaikan saja, dan tidak dibenarkan ta’awun dalam kejahatan.
Oleh
karena itu manusia selalu memerlukan oranglain untuk terus mengingatkannya,
agar tak tersesat dari jalan Islam. Allah SWT mengingatkan bahwa peringatan ini
amat penting bagi kaum muslimin.
وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ
تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٥٥
Artinya:
55. Dan tetaplah memberi
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang
beriman
(Adz Dzariyat: 55)
Bahkan
Allah SWT menjadikan orang-orang yang selalu ta’awun dalam kebenaran, dan
kesabaran dalam kelompok orang yang tidak merugi hidupnya. Maka hendaknya ummat Islam
mngerahkan segala daya, dan upayanya untuk senantiasa mengadakan tashliihul
mujtama’, perubahan ke arah kebaikan, pada masyarakat dengan memanfaatkan
peluang, momen yang ada.
Jika
kita berada di bulan Ramadhan maka bisa melakukan ta’awun, misalnya dengan
saling membangunkan untuk sahur, mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu
selama menjalankan puasa. Mengingatkan agar jangan menyia-nyiakan puasa dengan
amalan yang dilarang syari’at, dsb. Di bulan Syawal, lebih ditingkatkan lagi
dengan hubungan sosial yang berkelanjutan, mengesankan. Bulan Dzulhijjah juga
momen penting untuk merajut kembali benang-benang ukhuwah. Tentu saja hari-hari
selain itu perlu kita tegakkan aktivitas-aktivitas sosial yang memang merupakan
seruan Islam. Berikut adalah sebagian kecil di antara perbuatan-perbuatan
yang dianjurkan Islam untuk memperkuat ‘alaqah ijtima’iyyah (interaksi sosial)
adalah:
a. Silaturahim
Islam
menganjurkan silaturahim antar anggota keluarga baik yang dekat maupun yang
jauh, apakah mahram ataupun bukan. Apalagi terhadap kedua orang tua. Islam
bahkan mengkatagorikan tindak “pemutusan hubungan silaturahim” adalah dalam
dosa-dosa besar.
“Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahim” (HR. Bukhari, Muslim)
“Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahim” (HR. Bukhari, Muslim)
b.
Memuliakan tamu
Tamu
dalam Islam mempunyai kedudukan yang amat terhormat. , dan menghormati tamu
termasuk dalam indikasi orang beriman.
“…barang siapa yang beriman kepada Allah,
dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari, Muslim)
c.
Menghormati
tetangga
Hal ini juga merupakan indikator apakah seseorang
itu beriman atau belum.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“…Barangsiapa yang
beriman kepada Allah , dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya” (HR.
Bukhari, Muslim).
Apa
saja yang bisa dilakukan untuk memuliakan tetangga, diantaranya:
-
Menjaga hak-hak tetangga
-
Tidak mengganggu tetangga
-
Berbuat baik, dan menghormatinya
-
Mendengarkan mereka
-
dan mendo’akannya, dst.
d.
Saling
menziarahi.
Rasulullah
SAW, sering menziarahi para sahabatnya. Beliau pernah menziarahi Qois bin Saad
bin Ubaidah di rumahnya , dan mendoakan: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat-Mu
serta rahmat-Mu buat keluarga
Saad bin Ubadah”. Beliau
juga berziarah kepada Abdullah bin Zaid bin Ashim, Jabir bin Abdullah juga
sahabat-sahabat lainnya. Ini menunjukkan betapa ziarah memiliki nilai positif
dalam mengharmoniskan hidup bermasyarakat.
e. Memberi
ucapan selamat.
Islam
amat menganjurkan amal ini. Ucapan bisa dilakukan di acara pernikahan,
kelahiran anak baru, menyambut bulan puasa. Dengan menggunakan sarana yang
disesuaikan dengan zamannya. Untuk sekarang bisa menggunakan kartu ucapan
selamat, mengirim telegram indah, telepon, internet, dsb.
Sesungguhnya
ucapan selamat terhadap suatu kebaikan itu merupakan hal yang dilakukan Allah
SWT terhadap para Nabinya , dan kepada hamba-hamba-Nya yang melakukan amalan
surga.
f. Peduli
dengan aktivitas sosial.
Orang
yang peduli dengan aktivitas orang di sekitarnya, serta sabar menghadapi resiko
yang mungkin akan dihadapinya, seperti cemoohan, cercaan, serta sikap apatis
masyarakat, adalah lebih daripada orang yang pada asalnya sudah enggan untuk
berhadapan dengan resiko yang mungkin menghadang, sehingga ia memilih untuk
mengisolir diri, dan tidak menampakkan wajahnya di muka khalayak.
“Seorang
mukmin yang bergaul dengan orang lain , dan sabar dengan gangguan mereka lebih
baik dari mukmin yang tidak mau bergaul serta tidak sabar dengan gangguan mereka”
(HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Ahmad).
g. Memberi
bantuan sosial.
Orang-orang
lemah mendapat perhatian yang cukup tinggi dalam ajaran Islam. Kita
diperintahkan untuk mengentaskannya. Bahkan orang yang tidak terbetik hatinya
untuk menolong golongan lemah, atau mendorong orang lain untuk melakukan amal
yang mulia ini dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama.
أَرَءَيۡتَ
ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١ فَذَٰلِكَ
ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ ٢ وَلَا
يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ٣
Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
(Al Maa’un: 1-3).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya.
Interaksi sosial yang menjadi syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial ini merupakan hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial menyangkut hubungan antar perorangan, antar kelompok,
atau antara individu dengan kelompok.
Adanya hubungan timbal balik dalam mempengaruhi tiap individu pada saat
terjadinya komunikasi dapat membentuk suatu pengetahuan maupun pengalaman baru
yang dirasakan oleh masing-masing individu.
Adanya tingkat kesadaran didalam berkomunikasi diantara warga-warga dalam
kehidupan bermasyarakat dapat membuat masyarakat dipertahankan sebagai
suatu kesatuan dan menciptakan apa yang dinamakan sebagai suatu sistem
komunikasi. Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap
masyarakat dapat membentuk kebudayaan berdasarkan sistem komunikasinya masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan,H. Sosiologi Pendidikan,
Bandung: Rineka Cipta, 2010
Mubarak,
Zaki. Menjadi Cendikiawan
Muslim : Kuliah Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Magenta Bhakti
Guna, 2010
Sahrul. Sosiologi
Islam. Medan
: IAIN PRESS, 2001
Soekanto,Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar
. Jakarta
: Rajawali Pers, 1990
Tim Sosiologi, Sosiologi 1,
Jakarta: Yudhistira, 2007
DESAIN PENELITIAN PENDIDIKAN KUALITATIF
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Desain penelitian merupakan bagian
dari perencanaan penelitian yang menunjukkan usaha peneliti dalam melihat
apakah penelitian yang direncanakan telah memiliki validitas internal dan
validitas eksternal yang komprehensif.
Pada penelitian kualitatif, bentuk
desain penelitian dimungkinkan bervariasi karena sesuai dengan bentuk alami
penelitian kualitatif itu sendiri yang mempunyai sifat emergent dimana penomena
muncul sesuai dengan prinsip alami yaitu penomena apa adanya sesuai dengan yang
dijumpai oleh seorang peneliti dalam proses penelitian dilapangan.
Penelitian kualitatif dapat
dipandang juga sebagai penelitian partisipatif yang desain penelitiannya
memiliki sifat fleksibel atau dimungkinkan untuk diubah guna menyesuaikan dari
rencana yang telah dibuat, dengan gejala yang ada pada tempat penelitian yang
sebenarnya. Oleh karena itu seorang peneliti belum mengetahui tentang responden
dan apa yang akan ditanyakan kepada mereka, maka mereka diperbolehkan melakukan
perubahan.
Dalam penelitian kualitatif, bacaan
yang luas dan up to date merupakan syarat mutlak yang perlu dilakukan oleh
seorang peneliti guna mendalami teori yang relevan dengan permasalahan yang
hendak dipecahkan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian
Desain Penelitian Kualitatif?
2. Apa Saja Desain Pelaksanaan Penelitian?
3. Apa Saja
Unsur-Unsur Desain Penelitian Kualitatif?
4. Apa Saja Jenis-Jenis Desain
Penelitian?
5. Bagaimana Sistematika
Penulisan Laporan Penelitian Kualitatif?
C.
Tujuan
1. Mampu Mengetahui
Pengertian Desain Penelitian Kualitatif.
2. Mampu Mengetahui
Desain Pelaksanaan Penelitian.
3. Mampu Mengetahui
Unsur-Unsur Dalam Desain Penelitian Kualitatif
4. Mampu
Mengetahui Jenis-Jenis Desain Penelitian.
5. Mampu Mengetahui
Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain Penelitian
Desain
penelitian merupakan suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat
sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Rencana tersebut merupakan program menyeluruh dari penelitian. Dalam rencana
tersebut tercakup hal-hal yang dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis
dan implikasinya secara operasional sampai kepada analisis data akhir.[1]
Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit,
desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja, dan dalam
pengertian yang
luas, desain penelitian mencakup proses-proses berikut:[2]
a.
Identifikasi dan pemilihan masalah
penelitian.
b.
Pemilihan kerangka konseptual untuk
masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya.
c.
Memformulasikan
masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan luas jangkau (scope), dan hipotesis
untuk diuji.
d.
Membangun penyelidikan atau
percobaan.
e.
Memilih serta memberikan defenisi
terhadap pengukuran variabel-variabel.
f.
Memilih prosedur dan teknik sampling
yang digunakan.
g.
Menyusun alat serta teknik untuk
mengumpulkan data.
h.
Membuat coding, serta mengadakan editing dan processing data.
i.
Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan
generalisasi serta inferensi statistik.
j.
Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta
interprestasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta
menganjurkan beberapa saran-saran dan kerja penelitian yang akan datang.
B.
Desain Pelaksanaan Penelitian
Desain pelaksanaan penelitian
meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih
pengukuran-pengukuran variable, memilih posedur dan teknik sampling, alat-alat
untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding,
editing dan memproses data yang
dikumpulkan, dalam pelaksanaan penelitian, termasuk juga proses analisa data
serta membuat pelaporan. Oleh Suchman
(1967) desain dalam pelaksanaan penelitian dibagi atas :[3]
ü Desain Sampel
ü Desain Alat (instrument) dan
ü Desain Analisis
1.
Desain Sampel
Desain sampel yang akan
digunakan dalam operasional penelitian amat tergantung dari pandangan
efisiensi, yaitu :
·
Mendefinisikan populasi
·
Menentukan besarnya
sampel
·
Menentukan sampel yang
representatif
2.
Desain dari instrument atau alat
Yang
dimaksud dengan alat disini adalah alat untuk mengumpulkan data. Walau metode
penelitian apa saja yang digunakan, masalah desain terhadap alat untuk
mengumpulkan data sangat menentukan dalam pengujian hipotesis. Alat yang
digunakan dapat saja sangat berstruktur (seperti check list dari questionair
atau schedule), kurang berstruktur (seperti
interview guide), ataupun suatu outline biasa di dalam mencatat
pengamatan langsung. Pemilihan alat harus dievaluasikan sebaik mungkin sehingga
alat tersebut cocok dengan informasi yang diinginkan untuk memperoleh data yang
cukup reliable. Kecuali dalam
penelitian percobaan, maka alat yang digunakan dalam penelitian sosial sukar
menjamin terdapatnya validitas mutlak dari obsrvasi data. Satu alat bisa saja
untuk satu kegunaan, tetapi menjadi tidak valid untuk tujuan yang lain. Secara
umum desain dari alat haruslah dievaluasikan sebelum digunakan untuk dapat
menjamin efisiensi dalam mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan
untuk menguji hipotesis.
3.
Desain Analisis
Secara ideal desain analisis sudah dikerjakan lebih dahulu sebelum
pengumpulan data dimulai. Jika desain dalam memformulasikan hipotesis sudah
cukup baik, maka desain analisis secara pararel dapat dikembangkan dari desain
merumuskan hipotesis tersebut. Hipotesis tersebut dianggap baik jika ia
konsisten dengan analisis yang akan dibuat.
Dalam desain analisis, maka diperlukan sekali alat-alat yang digunakan
untuk membantu analisis. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai dengan keperluan analisis harus dipilih sebaik-baiknya.[4]
C. Unsur-Unsur Desain Penelitian Kualitatif
Pada hakikatnya desain penelitian
kualitatif ini bersifat “emergent” atau tidak dapat dimantapkan pada taraf
permulaan dan baru mendapat bentuk yang lebih jelas sepanjang penelitian itu
dijalankan, namun untuk kepentingan penulisan laporan, peneliti sebaiknya
membuat suatu desain yang dapat menjadi bahan untuk dipertimbangkan kebenarannya.
Dianjurkan agar peneliti mengadakan survey
pendahuluan agar diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
masalah penelitiannya.
Dalam penyusunan desain penelitian
kualitatif, Bogdan dan Biklen (1982) menjelaskan unsur-unsur
penelitian kualitatif, yaitu :[5]
1. Menentukan
fokus penelitian.
Penelitian kualitatif memilih pokok
permasalahan yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti, yang
pada awalnya masih umum dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus
setelah peneliti berada dalam lapangan. Perumusan permasalahan mempunyai rencana penting dalam mengarahkan
penelitian dan setiap permasalahan yang telah dirumuskan ada kemungkinan
mengalami perubahan.
2. Penyesuaian Paradigma
Penelitian dengan teori
Dalam
penelitian kualitatif temuan-temuan lapangan dapat memunculkan teori baru. Teori
baru tersebut seharusnya sesuai dengan paradigma yang dihasilkan teori
tersebut. Tidak dipastikan terlebih dahulu teori apa yang akan dijadikan pegangan.
Namun tidak berarti bahwa penelitian naturalistik sama sekali tidak memerlukan
teori. Dalam mengadakan tafsiran untuk mengetahui maknanya, peneliti dengan
sendirinya akan menggunakan teori yang dianggapnya dapat membantunya. Namun
tidak berpegang pada satu teori.
3. Menentukan
sumber data lokasi para responden
Dalam penelitian naturalistik yang
dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat
berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel berupa
responden yang dapat diwawancarai.
Untuk memperoleh informasi tertentu
sampling dapat diteruskan sampai
dicapai taraf “redundancy”, ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa
dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti.
Perencanaan
sampling dilakukan dengan dasar pertimbangan, sebagai berikut:
a.
Menyiapkan indentifikasi unsur-unsur awal
b.
Menyiapkan munculnya sampel secara purposive
c.
Memfokuskan sampel secara kontiniu
d.
Menetapkan kapan sampling dihentikan
4. Menentukan
tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian dirumuskan bagaimana proses berlangsungnya penelitian
dari suatu tahap ketahap berikutnya. Tahapan tersebut meliputi tiga tahap,
yaitu:
a.
Tahap
Orientasi
b. Tahap eksplorasi
c. Memberi chek dengan mengecek
temuan akhir
5.
Menentukan instrumen penelitian
Instrumen yang utama ialah peneliti
itu sendiri. Pada awal penelitian, penelitilah alat satu-satunya. Ada
kemungkinan hanya dialah yang merupakan
alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung selama waktu
tertentu, diperoleh fokus yang lebih jelas, maka ada kemungkinan untuk
mengadakan angket dan wawancara yang lebih berstruktur untuk memperoleh data ulang
yang lebih spesifik.
6.
Merencanakan Pengumpulan Data
Untuk
mendapatkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti mengandalkan
teknik-teknik pengumpulan data, misalnya wawancara, observasi serta analisis
dokumen.
7.
Merencanakan Prosedur Analisis.
Analisis dilakukan sepanjang
penelitian dan dilakukan terus-menerus dari awal sampai akhir penelitian.
Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis dan tafsiran untuk mengetahui apa
maknanya. Analisis dilakukan untuk mengembangkan hipotesis dan teori
berdasarkan data yang diperoleh.[6]
8.
Merencanakan logistik.
Peneliti harus memikirkan hal-hal
yang diperlukan sebelum, sewaktu dan sesudah penelitian di lapangan, misalnya mempertimbangkan
kebutuhan perlengkapan awal sebelum penelitian dilaksanakan, perlengkapan
sebelum kunjungan lapangan, perlengkapan pada waktu berada dilapangan, dan
lain-lain.
9.
Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif yang diperoleh dari lapangan
diperiksa melalui kriteria dan teknik tertentu. Ada empat Kriteria yang dapat
digunakan untuk memeriksa keabsahan data, yaitu kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan kepastian
(confirmability).[7]
D.
Jenis-Jenis Desain
Penelitian
Mc Grath (1970) membagi desain penelitian atas lima,
yaitu percobaan dengan kontrol, studi, survey, investigasi, dan penelitian
tindakan. Sedangkan Barnes (1964)
membagi desain penelitian atas :[8]
·
Studi “Sebelum-sesudah” dengan kelompok kontrol
·
Studi “Sesudah Saja” dengan kelompok kontrol
·
Studi “Sebelum-sesudah” dengan satu kelompok
·
Studi “Sesudah Saja” tanpa kontrol dan,
·
Percobaan ex post facto.
Sedangkan Selletiz,
et al. (1964) membagi desain penelitian atas tiga yaitu :
·
Desain untuk studi eksploratif dan formulatif
·
Desain untuk studi deskreptif
·
Desain untuk studi menguji hipotesa kausal
Shah
(1972) mencoba membagi desain penelitian atas 6 jenis yaitu :
·
Desain untuk penelitian yang ada kontrol
·
Desain untuk studi deskriptif dan analitis
·
Desain untuk studi lapangan
·
Desain untuk studi dengan dimensi waktu
·
Desain untuk studi evaluative-nonevaluatif dan
·
Desain dengan menggunakan data primer atau
sumber data sekunder
1. Desain
Penelitian yang ada Kontrol
Desain penelitian ini adalah desain percobaan atau desain bukan
percobaan. Kedua desain tersebut mempunyai kontrol. Dalam desain percobaan,
beberapa variable dikontrol dan beberapa merupakan kontrol. Dalam percobaan, si
peneliti mengadakan manipulasi terhadap beberapa variable atau faktor yang
merupakan fenomena yang meyebabkan munculnya hasil yang sedang diteliti. Desain
percoban ini biasanya dipakai untuk meneliti fenomena natural.[9]
2. Desain
Penelitian Deskriptif-Analitis
Penelitian yang noneksperimental dapat dibagi atas peneltian deskreptif
dan penelitian analitis. Penelitian deskreptif
adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam
desain studi deskreptif yang berkehendak hanya untuk mengenal fenomena-fenomena
untuk keperluan studi selanjutnya. Dalam studi deskriptif juga termasuk :
a) Studi
untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok
atau individu dan
b) Studi
untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimisasikan dan
memaksimumkan realibilitas.
Desain studi analisis lebih banyak dibatasi oleh keperluan-keperluan
pengukuran, dan menghendaki suatu desain yang menggunakan model seperti pada
desain percobaan.
Sesuai dengan metode penelitian, maka desain deskriptif dan analisa
dapat dibagi pula atas tiga, yaitu :
desain studi historis, desain studi kasus dan desain surve. Seperti sudah
dijelaskan, metode penelitian sejarah mencakup empat aspek yaitu ; historis,
menguji secara kritis asal dan keaslian sumber sejarah serta validitas dari isi
sumber tersebut memberikan interpretasi dan pengelompokan dari fakta-fakta
serta hubungannya dan formulasi serta melukiskan hasil penemuan (Gee, 1950).[10]
3. Desain
Penelitian Lapangan atau Bukan
Desain percobaan dapat dilihat dari sudut apakah penelitian tersebut
merupakan setting dengan menggunakan lapangan atau tidak. Desain
penelitian sejarah, misalnya kurang menggunakan penelitian lapangan, karena
banyak kerja penelitian dilakukan untuk mendapatkan dokumen-dokumen di museum,
perpustakaan dan sebagainya. Sebaliknya, desain untuk penelitian percobaan
lebih banyak dilakukan dilapangan. Keadaan serta tingkat kontrol yang dapat
dilakukan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya kerja lapangan dalam penelitian.
4. Desain
Penelitian dalam hubungan dengan waktu
Dalam hubungannya dengan waktu serta pengulangan penelitian, maka
penelitian percobaan dan penelitian dengan menggunakan metode sejarah memakai
desain di mana penyelidikan dilakukan dalam suatu interval waktu tertentu.[11]
5. Desain
dengan Tujuan Evaluatif atau Bukan
Suchman (1967) memberi definisi penelitian evaluasi
sebagai penentuan (apakah berdasarkan opini, catatan, data subjek atau obyek)
hasil (apakah baik atau tidak baik, sementara atau permanen, segera ataupun
ditunda) yang diperoleh dengan beberapa kegiatan (suatu program, sebagian dari program, dan sebagainya) yang dibuat
untuk memperoleh suatu tujuan tentang nilai atau permormance. Desain
penelitian evaluatif harus selalu mengenai perubahan yang terjadi menurut
waktu.[12]
6. Desain
Penelitian dengan Data Primer/Sekunder
Sebagaian besar dari tujuan desain penelitian adalah untuk memperoleh
data yang relevan, dapat dipercaya, dan valid. Dalam mengumpulkan data, maka si
peneliti dapat bekerja sendiri untuk mengumpulkan data atau menggunakan data
orang lain. Jika data primer yang diinginkan, maka sipeneliti dapat menggunakan
teknik dan alat untuk mengumpulkan data seperti observasi langsung, menggunakan
informan, menggunakan questionair, schedule dan sebagainya.
Jika data yang diinginkan adalah data primer, maka desain yang dibuat
harus menjamin pengumpulan data yang efesien dengan alat dan teknik serta
karakteristik dari responden. Jika peneliti ingin menggunakan data sekunder,
maka si peneliti harus mengadakan evaluasi terhadap sumber, keadaan data
sekundernya, dan juga si peneliti harus menerima limitasi-limitasi dari data
tersebut.
Desain penelitian merupakan perpaduan antara kepustakaan dan revisi,
dimana suatu keputusan yang diambil selalu diringi dengan pengaruh adanya
keseimbangan dalam proses. Tiap keputusan harus disandarkan kepada metode
ilmiah, tetapi menterjemahkan keputusan tersebut dalam suatu prosedur
operasional yang khas memerlukan seni dan keterampilan. Desain yang ideal
sekurang-kurangnya harus mempunyai ciri-ciri berikut ini (Suchman):
ü Dibentuk
berdasarkan metode ilmiah
ü Dapat
dilaksanakan dengan data dan teknik yang ada
ü Cocok
untuk tujuan penelitian, dalam artian harus menjamin validitas penemuan untuk
memecahkan masalah
ü Harus
ada orginalitas dalam membuat desain yang inventif sifatnya.
ü Ada
keindahan dalam desain, dalam artian bahwa desain tersebut seimbang.
ü Desain
harus cocok dengan biaya penelitian, dan dengan kemampuan sumber manusia.
Desain memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam
melakukan penelitiannya . Dalam desain antara lain harus ada :
a) Populasi
sasaran
b) Metode
sampling
c) Besar
sampling
d) Prosedur
pengumpulan data
e) Cara-cara
menganalisis data setelah terkumpul
f) Perlu
tidaknya statistik
g) Cara
mengambil penelitian
Desain penelitian selain memberi gambaran yang jelas tentang apa yang
harus dilakukan juga memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan
dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi oleh para peneliti lain.[13]
Bentuk-bentuk desain penelitian :
1) Desain
Survey : Suatu penelitian survey, survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi
tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil
dari populasi itu. Survey dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat
eksploratif, deskriptif, maupuan eksperimental.
2) Desain
Case Study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek
lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya.
3) Desain
Eksperimen
E.
Sistematika
Penelitian Kualitatif
Secara
esensial terdapat beberapa kesulitan didalam membuat desain penelitian
kualitatif dengan menggunakan model umum. Hal ini disebabkan oleh:[14]
i.
Desain penelitian kualitatif itu
adalah penelitiannya sendiri
ii.
Masalah dan tujuan penelitian
kualitatif yang amat beragam dan kasuistik sehingga sulit membuat kesamaan
desain penelitian yang bersifat umum, dengan kata lain, masalah dan tujuan
penelitian kualitatif bersifat kasuistik.
Contoh
format desain penelitian kualitatif:
I.
Pendahuluan
a.
Latar Belakang
b.
Identifikasi Masalah
c.
Batasan Masalah
d.
Rumusan Masalah
e.
Tujuan Penelitian
f.
Manfaat Penelitian
II.
Kajian Teori dan Kerangka Pikir
a.
Kajian Teori
b.
Penelitian Yang Relevan
c.
Kerangka Pikir
III.
Metodologi Penelitian
a.
Lokasi Penelitian
b.
Waktu Penelitian
c.
Bentuk Penelitian
d.
Sumber Data
e.
Teknik Pengumpulan Data
f.
Teknik Cuplikan/Sampling
g.
Validitas Data
h.
Teknik Analisis
IV.
Pembahasan dan Analisis
a.
Deskripsi Data
b.
Pembahasan/Analisis
c.
Pokok-Pokok Temuan Penelitian
d.
Analisis Justifikasi
V.
Penutup
a.
Simpulan
b.
Implikasi
c.
Rekomendasi
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1)
Desain penelitian
merupakan bagian dari perencanaan penelitian yang menunjukkan usaha peneliti
dalam melihat apakah penelitian yang direncanakan telah memiliki validitas
internal dan eksternal yang komprehensif.
2)
Pada penelitian
kualitatif, bentuk desain dimungkinkan bervariasi karena sesuai dengan bentuk
alami penelitian kualitatif itu sendiri yang mempunyai sifat emergent dimana
phenomena muncul sesuai dengan apa yang dijumpai peneliti dalam proses
penelitian di lapangan.
3)
Desain penelitian pada
umumnya mengandung unsur-unsur seperti berikut:
a) fokus penelitian b) paradigma penelitian c) kesesuaian antara paradigma dengan
teori yang dikembangkan d) sumber data yang dapat digali e) tahapan penelitian
f) instrumen penelitian g) rencana pengumpulan data dan pencatatannya
h) rencana analisis data i) rencana tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian
j) rencana lokasi dan tempat penelitian k) etika penelitian l) rencana penulisan dan penyelesaian penelitian.
4)
Desain penelitian
kualitatif seringkali tidak dinyatakan secara detail, bersifat fleksibel tumbuh
dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan
5)
Hasil penelitian lebih
bersifat terbuka dan tidak membatasi variabel seperti dalam penelitian
kualitatif.
6)
Instrumen penelitian
kualitatif pada umumnya lebih bersifat internal, dan subyektif yang
direfleksikan dengan “peneliti sebagai instrumen”.
DAFTAR
PUSTAKA
Bungin, Burhan (Ed.), Metodologi
Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo, 2001.
Mulyana, Dedi, Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Remaja Rosdakrya, 2003.
Nazir, Moh, Metode
Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia, 2014.
Rumengan, Jemmy, Metodologi Penelitian,
Bandung: Ciptapustaka
Media Perintis, 2013.
Syahrum dan Salim, Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2012.
[1] Jemmy
Rumengan, Metodologi Penelitian, (Bandung; Ciptapustaka Media Perintis, 2013)
Hlm. 48
[2] Moh.Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014) , Hlm: 70
[3] Moh.Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014) , Hlm: 72
[4] Moh.Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014) , Hlm: 73
[5] Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung
: Citapustaka Media, 2012), Hlm: 186
[6] Ibid, Hlm: 190
[7] Ibid, Hlm: 191
[8] Moh.Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014) , Hlm: 74
[9] Ibid, Hlm : 74
[10] Ibid, Hlm : 75
[11] Dedi
Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakrya, 2003),
158
[12] Moh.Nazir, Metode Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014) , Hlm: 76
[13] Dedi
Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakrya, 2003), 160
[14] Burhan
Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta;
Rajagrafindo, 2001), Hlm. 60-65
Langganan:
Postingan (Atom)