BAB I
PENDAHULUAN
Interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada
reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu dengan individu. Individu dengan
kelompok. Kelompok dengan kelompok dll. Contoh, guru mengajar merupakan contoh
interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan
syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.
Jadi,
pengertian tentang Interaksi Sosial sangat berguna didalam memperhatikan dan
mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpamanya di Indonesia sendiri
membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang berlangsung berbagai suku
bangsa, golongan agama. Dengan mengetahui dan memahami perihal tersebut dapat
menimbulkan atau mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu. (Soerjono Soekanto,1990:54)
Faktor
yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati
dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru
orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya
memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh.
Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau
yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.
Indentifikasi
adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang
mengindentikkan (menjadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan
kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang
didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.
Empati
adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban
bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi
sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial.(Gunawan, 2010:33)
Islam adalah agama universal
yang ajarannya ditujukan bagi umat manusia secara keseluruhan. Inti ajarannya
selain memerintahkan penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga meletakan
pilar-pilar perdamaian yang diiringi dengan himbauan kepada umat manusia agar
hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang perbedaan ras,
suku, bangsa dan agama, karena manusia pada awalnya berasal dari asal yang sama.
Melalui ajaran dan pilar
tadi, Islam mendorong para pengikutnya agar bersikap toleransi dengan pengikut
agama lain dan bersikap positif terhadap budaya, karena Allah SWT telah
menjadikan manusia sebagai khalifah yang mempunyai tanggung jawab kolektif untuk
membangun bumi ini, baik secara moril maupun materil. Firman Allah SWT:
۞وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمۡ صَٰلِحٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ
ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَٱسۡتَعۡمَرَكُمۡ
فِيهَا فَٱسۡتَغۡفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٞ مُّجِيبٞ
٦١
Artinya: 61.
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)" (Hud:61).
Maksud dari ayat tersebut
adalah, bahwa manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan
dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
INTERAKSI
SOSIAL SECARA ISLAMI
A.
Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi
Sosial berarti hubungan dinamis antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Bentuknya seperti kerja sama,
persaingan, pertikaian, tolong-menolong dan Gotong-royong. Soerjono Soekanto
mengatakan Interaksi sosial adalah kunci dari seluruh kehidupan sosial, oleh
karena itu tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi kehidupan bersama.
Interaksi terjadi antara orang-perorangan, kelompok dengan kelompok, dan
individu dengan kelompok.
(Sahrul,2001:67)
Dalam
Islam, Interaksi Sosial disebut dengan istilah hablum minannaasi (hubungan
dengan sesama manusia), pengertiannya juga tidak berbeda dengan pengertian
interaksi sosial diatas, yaitu hubungan dengan individu, individu dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok. Contohya, Saling sapa, berjabat tangan,
silaturrahim, solidaritas sosial, ukwah islamiah dan lai-lain.
Interaksi sosial tidak hanya terjadi dikalangan komunitas atau suatu kelompokya
saja tetapi juga diluar komunitasnya.
Interaksi sosial adalah
kunci dari semua kehidupan social, oleh karena itu tanpa interaksi social, tak
akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara
badaniyah bahkan tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok
social. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan
seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan,
pertikaian dan lain sebagainya. (Soerjono Soekanto,1990:60)
Dalam Islam ada tiga
hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama
manusia dan hubungan kepada alam semesta. Ketiga hubungan ini harus seimbang
dan bersinegri. Artinya, tidak boleh fokus pada satu bentuk hubungan saja.
Misalnya, mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama
manusia di abaikan. Apabila hal itu diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan
sesorang. Hubungan kepada Allah dari sudut sosiologi disebut dengan hubungan
vertikal dan hubungan sesama manusia disebut hubungan horizontal. Hubungan
kepada sesama manusia dalam istilah sosiologi disebut dengan interaksi sosial.
Hubungan kepada alam semesta yaitu tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi
melestarikan dan menjaga dengan baik.
B. Determinan Interaksi Sosial.
a.
Adanya kepentingan. Manusia sebagai makhluk paripurna
dan makhluk sosial memiliki kepentingan terhadap orang lain, tidak bisa hidup
sendirian, dan bahkan memerlukan bantuan orang lain. Bentuk kepentingan itu
misalnya : pergaulan sosial, tolong-menolong dan punya kebutuhan yanga sama.
b.
Ingin hidup bersama. Ciri manusia yang selalu berinteraksi
yaitu ingin hidup bersama dan bersosialisasi. Karena itu, dalam pergaulan
sosial ia tidak saja melakukan interaksi pada satu kelompok saja tetapi juga
pada kelompok-kelompok lain dengan tidak membeda-bedakan suku, bangsa latar
belakang sosial, artinya, pada siapa saja dapat melaksanakan interaksi sosial.
c.
Menghindari konflik sosial. Salah satu yang harus
dijauhi di dalam kehidupan sosial ialah terjadinya konflik sosial, konflik bisa
timbul karena benturan agama, ideologi, politik, kesenjangan sosial, ekonomi,
kesalah pahaman dan penerapan hukum yang tidak adil. Untuk mengatasi konflik
tersebut harus selalu berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat.
d.
Menjalin kerja sama. Bekerja sama maksudnya ialah
bekerja sama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama misalnya,
organisasi sosial, organisasi politik, dan pada umumnya dalam suatu perusahaan
, seorang menejer dibantu oleh para karyawannya.
e.
Faktor kekerabatan dan keagamaan. Kekerabatan terjadi
karena ada hubungan darah dan perkawinan sehingga memudahkan untuk melakukan
interaksi sosial.
f.
Kedekatan; hubungan ketetanggaan atau tempat tinggal
interaksi yang harmonis tetapi juga sebaliknya yaitu terjadi konflik antara
tetangga. Pada umumnya semakin dekat jarak geografis antara dua orang maka
makin tinggi tingkat interaksi, saling bertemu, berbicara dan bersosialisasi.
g.
Kesamaan; terbentuknya kelompok sosial karena ada
kesamaan di antara anggota-angotanya. Pada umumnya faktor kesamaan itulah yang
menyebabkan orang selalu berinteraksi.
h.
Faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
Faktor faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri, secara terpisah dan
serentak. (Sahrul,2001:69)
C.
Interaksi
sosial
masyarakat islam
1. Pandangan
Islam Tentang Interaksi Sosial.
Dalam
Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan yang mencakup
populer yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih sayang. Silaturrahim
sebagai bentuk interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada kegiatan
majlis taklim, menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan tahun baru Islam,
hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal. Namun,
harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan itu saja.
Tetapi dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat
dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu antara
jama’ah, saling kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi. (Soerjono Soekanto,1990:68)
Istilah
yang lebih luas dari interaksi sosial yakni ukhwah Islamiyah. Artinya,
persaudaraan yang dijalin sesama muslim. Persaudaraan itu dibagi empat, yaitu :
a.
Ukwah ‘Ubudiyah
yaitu ukhwah berdasarkan sama-sama hamba Allah
b.
Ukhwah Al
Insaniyah, artinya ukwah yang didasarkan karena sama-sama manusia sebagai
makhluk Allah yang bersumber dari seorang ayah dan ibu yaitu nabi Adam Dan Siti
Hawa.
c.
Ukhwah
al-Wathaniyah. Yaitu, ukhwah yang didasarkan pada negara dan kebangsaan yang
sama.
d.
Ukhwan fin din
Al-Islam, yaitu : ukhwah yang didasarkan karena sama-sama satu akidah. (Zaki,2010:71-72)
Dasar
terbentuknya ukhwah Islamiyah, firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujarat, pada
ayat 10, yaitu :
إِنَّمَا
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠
Artinya:
10. Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Bentuk
persaudaraan yang di ajarkan oleh al-quran tidak hanya karena faktor satu
aqidah Islam. Tetapi disuruh juga untuk melakukan ukhwah dengan umat lain.
Menurut Ali Nurdin, Istilah yang disebut oleh al-quran untuk menjalin ukhwah
dengan umat lain tidaklah memakai ukhwah tetapi lebih tepat memakai istilah
toleransi. Toleransi maksudnya adalah tolong menolong dan saling menghargai
antara penganut agama. Toleransi yang dibenarkan yaitu toleransi dalam bidang
kehidupan sosial sedangkan dalam bidang aqidah dan ibadah tidaklah dibenarkan.
2.
Etika Interaksi Sosial Dalam Islam
Dalam melakukan interaksi
sosial harus ada etika yang dibangun sehingga interaksi itu tetap harmonis,
kondusif dan tidak terputus. Berkaitan dengan hal tersebut, Islam menjelaskan
beberapa etika tersebut, antara lain, :
a.
Tidak boleh saling memfitnah. Perbuatan fitnah itu
dilarang dalam ajaran Islam karena bertentangan dengan kenyataannya. Dalam
kehidupan sosial ditemukan beberapa bentuk fitnah, yaitu fitnah terhadap harta,
anak, keluarga, dan jabatan bahkan perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh
sebahagian masyarakat. Dari segi pergaulan sosial fitnah itu cukup merugikan
orang lain dan dampaknya dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dendam dan
terputusnya hubungan silaturrahim.
b.
Tidak boleh menghina atau menghujat sesama muslim.
Perilaku tersebut dewasa ini cukup mudah ditemukan dalam kehidupan sosial. Orang
begitu mudah tersinggung, menghina, menghujat tanpa alasan yang jelas.
Dampaknya, yakni sering terjadi permusuhan, kebencian, bahkan juga pertengkaran
sesama muslim yang pada akhirnya mengganggu ukhwah islamiyah.
c.
Tidak dibenarkan berburuk sangka kepada orang lain
(suuzzan). Karena tetangga, teman dan pegawai kantoran membangun rumah mewah,
menduduki jabatan terhormat, punya harta, maupun mobil sering menimbulkan buruk
sangka di masyarakat. Dalam Islam, sifat buruk sangka tidak dibenarkan dan
termasuk kedalam kategori akhlak al-mazmumah (akhlak tercela).
d.
Bersikap jujur dan adil. Dalam kehidupan sosial tidak
dibenarkan penuh dengan kebohongan dan ketiadakadilan karena dapat merugikan
pribadi, keluarga, masyrakat bahkan merugikan negara. Pemimpin yang jujur dan
adil akan dihormati, dicintai oleh rakyat dan diteladani kepemimpinannya.
Tetapi apabila pemimpin tidak jujur dan tidak adil maka aka dihina masyarakat,
dan tidak dihormati.
e.
Bersifat tawaduk
atau merendah diri. salah satu sikap yang dibangun dalam interaksi
sosial tidak dibenarkan bersifat sombong karena haratnya, jabatan dan status
sosial.
f.
Berakhlak mulia. Sesorang yang berakhlak mulia akan
mengantarkan bangsa menjadi baik dan dihormati dalam hubungan internasional.
Tetapi apabila masyarakat dan bangsanya tidak berakhlak mulia maka bangsa itu
tidak dihormati dan mengalami kehancuran. Berakhlak mulia merupakan azas
kebahagiaan, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara sesama
manusia, baik pribadi maupun dengan lingkungannya. (Sahrul,2001:79)
3. Adab
Interaksi Sosial dalam Kehidupan Muslim
Manusia
adalah makhluq sosial, dia tak bisa hidup seorang diri, atau mengasingkan diri
dari kehidupan bermasyarakat. Dengan atas penciptaan manusia yang memikul
amanah berat menjadi khalifah di bumi, maka Islam memerintahkan ummat manusia
untuk saling ta’awun, saling tolong-menolong, untuk tersebarnya nilai rahmatan
lil alamin ajaran Islam. Maka Islam menganjurkan ummatnya untuk saling ta’awun
dalam kebaikan saja, dan tidak dibenarkan ta’awun dalam kejahatan.
Oleh
karena itu manusia selalu memerlukan oranglain untuk terus mengingatkannya,
agar tak tersesat dari jalan Islam. Allah SWT mengingatkan bahwa peringatan ini
amat penting bagi kaum muslimin.
وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ
تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٥٥
Artinya:
55. Dan tetaplah memberi
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang
beriman
(Adz Dzariyat: 55)
Bahkan
Allah SWT menjadikan orang-orang yang selalu ta’awun dalam kebenaran, dan
kesabaran dalam kelompok orang yang tidak merugi hidupnya. Maka hendaknya ummat Islam
mngerahkan segala daya, dan upayanya untuk senantiasa mengadakan tashliihul
mujtama’, perubahan ke arah kebaikan, pada masyarakat dengan memanfaatkan
peluang, momen yang ada.
Jika
kita berada di bulan Ramadhan maka bisa melakukan ta’awun, misalnya dengan
saling membangunkan untuk sahur, mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu
selama menjalankan puasa. Mengingatkan agar jangan menyia-nyiakan puasa dengan
amalan yang dilarang syari’at, dsb. Di bulan Syawal, lebih ditingkatkan lagi
dengan hubungan sosial yang berkelanjutan, mengesankan. Bulan Dzulhijjah juga
momen penting untuk merajut kembali benang-benang ukhuwah. Tentu saja hari-hari
selain itu perlu kita tegakkan aktivitas-aktivitas sosial yang memang merupakan
seruan Islam. Berikut adalah sebagian kecil di antara perbuatan-perbuatan
yang dianjurkan Islam untuk memperkuat ‘alaqah ijtima’iyyah (interaksi sosial)
adalah:
a. Silaturahim
Islam
menganjurkan silaturahim antar anggota keluarga baik yang dekat maupun yang
jauh, apakah mahram ataupun bukan. Apalagi terhadap kedua orang tua. Islam
bahkan mengkatagorikan tindak “pemutusan hubungan silaturahim” adalah dalam
dosa-dosa besar.
“Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahim” (HR. Bukhari,
Muslim)
b.
Memuliakan tamu
Tamu
dalam Islam mempunyai kedudukan yang amat terhormat. , dan menghormati tamu
termasuk dalam indikasi orang beriman.
“…barang siapa yang beriman kepada Allah,
dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari, Muslim)
c.
Menghormati
tetangga
Hal ini juga merupakan indikator apakah seseorang
itu beriman atau belum.
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“…Barangsiapa yang
beriman kepada Allah , dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya” (HR.
Bukhari, Muslim).
Apa
saja yang bisa dilakukan untuk memuliakan tetangga, diantaranya:
-
Menjaga hak-hak tetangga
-
Tidak mengganggu tetangga
-
Berbuat baik, dan menghormatinya
-
Mendengarkan mereka
-
dan mendo’akannya, dst.
d.
Saling
menziarahi.
Rasulullah
SAW, sering menziarahi para sahabatnya. Beliau pernah menziarahi Qois bin Saad
bin Ubaidah di rumahnya , dan mendoakan: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat-Mu
serta rahmat-Mu buat keluarga
Saad bin Ubadah”. Beliau
juga berziarah kepada Abdullah bin Zaid bin Ashim, Jabir bin Abdullah juga
sahabat-sahabat lainnya. Ini menunjukkan betapa ziarah memiliki nilai positif
dalam mengharmoniskan hidup bermasyarakat.
e. Memberi
ucapan selamat.
Islam
amat menganjurkan amal ini. Ucapan bisa dilakukan di acara pernikahan,
kelahiran anak baru, menyambut bulan puasa. Dengan menggunakan sarana yang
disesuaikan dengan zamannya. Untuk sekarang bisa menggunakan kartu ucapan
selamat, mengirim telegram indah, telepon, internet, dsb.
Sesungguhnya
ucapan selamat terhadap suatu kebaikan itu merupakan hal yang dilakukan Allah
SWT terhadap para Nabinya , dan kepada hamba-hamba-Nya yang melakukan amalan
surga.
f. Peduli
dengan aktivitas sosial.
Orang
yang peduli dengan aktivitas orang di sekitarnya, serta sabar menghadapi resiko
yang mungkin akan dihadapinya, seperti cemoohan, cercaan, serta sikap apatis
masyarakat, adalah lebih daripada orang yang pada asalnya sudah enggan untuk
berhadapan dengan resiko yang mungkin menghadang, sehingga ia memilih untuk
mengisolir diri, dan tidak menampakkan wajahnya di muka khalayak.
“Seorang
mukmin yang bergaul dengan orang lain , dan sabar dengan gangguan mereka lebih
baik dari mukmin yang tidak mau bergaul serta tidak sabar dengan gangguan mereka”
(HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Ahmad).
g. Memberi
bantuan sosial.
Orang-orang
lemah mendapat perhatian yang cukup tinggi dalam ajaran Islam. Kita
diperintahkan untuk mengentaskannya. Bahkan orang yang tidak terbetik hatinya
untuk menolong golongan lemah, atau mendorong orang lain untuk melakukan amal
yang mulia ini dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama.
أَرَءَيۡتَ
ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١ فَذَٰلِكَ
ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ ٢ وَلَا
يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ٣
Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
(Al Maa’un: 1-3).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya.
Interaksi sosial yang menjadi syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial ini merupakan hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial menyangkut hubungan antar perorangan, antar kelompok,
atau antara individu dengan kelompok.
Adanya hubungan timbal balik dalam mempengaruhi tiap individu pada saat
terjadinya komunikasi dapat membentuk suatu pengetahuan maupun pengalaman baru
yang dirasakan oleh masing-masing individu.
Adanya tingkat kesadaran didalam berkomunikasi diantara warga-warga dalam
kehidupan bermasyarakat dapat membuat masyarakat dipertahankan sebagai
suatu kesatuan dan menciptakan apa yang dinamakan sebagai suatu sistem
komunikasi. Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap
masyarakat dapat membentuk kebudayaan berdasarkan sistem komunikasinya masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan,H. Sosiologi Pendidikan,
Bandung: Rineka Cipta, 2010
Mubarak,
Zaki. Menjadi Cendikiawan
Muslim : Kuliah Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Magenta Bhakti
Guna, 2010
Sahrul. Sosiologi
Islam. Medan
: IAIN PRESS, 2001
Soekanto,Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar
. Jakarta
: Rajawali Pers, 1990
Tim Sosiologi, Sosiologi 1,
Jakarta: Yudhistira, 2007