BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan proses aktif yang dilakukan oleh
peserta didik dalam rangka membangun pengetahuannya.Belajar bukanlah proses
pasif yang hanya menerima pengetahuan dari guru atau sumber-sumber lain. Jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan
aktif maka pembelajaran tersebut bertentangandengan hakikat belajar. Peran
aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sangat diperlukan karena ia
merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana
pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi
pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen
lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
B.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apakah pengertian belajar dan
pembelajaran ?
2)
Apakah
ciri-ciri dari belajar dan pembelajaran
3)
Apakah prinsip
belajar dan azas pembelajaran ?
4)
Apakah tujuan
belajar dan pembelajaran?
C.
TUJUAN
1)
Untuk mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran
2)
Untuk mengetahui prinsip belajar dan azas pembelajaran
3)
Untuk
mengetahui apa saja prinsip belajar dan azas pembelajaran
4)
Untuk
mengetahui tujuan dari belajar dan pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
a)
Pengertian Belajar
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia kata belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Belajar tidak hanya merupakan suatu aktifitas yang
dilakukan saat berada di sekolah, di universitas atau ditempat-tempat formal
lain yang memberikan suatu pembelajaran, karena sebuah ilmu dapat kita temukan
dimana saja.
Berikut
defenisi belajar yang diberikan oleh para ahli:
a.
Moh. Surya (1997): “belajar dapat diartikan sebagai
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
b.
Skinner: “bahwa belajar merupakan
hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat
melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.[1]
b)
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran
berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan
pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa
kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi
segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar.
Pembelajaran
adalah kegiatan timbal balik antara yang siswa dengan guru atau guru dengan
siswa. Pembelajaran memberikan kesan saling belajar, saling berdiskusi dan
saling memberi. Dengan kemajuan teknologi, boleh jadi anak didik tahu materi
pelajaran yang mungkin belum diketahui oleh guru maka guru boleh juga bertanya
kepada siswa atau meminta penjelasan dari siswa, juga sebaliknya sebagai tugas
guru adalah mengajar (materi yang sesuai dengan tuntunan kurikulum pendidikan
guna untuk memberikan pengetahuan baru kepada siswa). Selanjutnya, belajar
merupakan kegiatan orang sehari‑hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati
(dialami) oleh orang yang sedang belajar, dan dapat diamati oleh orang lain.
Belajar yang dihayati oleh anak didik dan ada hubungannya dengan usaha
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik/guru. Pada satu sisi, belajar yang
dialami oleh anak didik terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap
berkembang.
B.
CIRI-CIRI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
a)
Ciri-ciri Belajar
Di antara ciri-ciri perubahan khas
yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
1.
Perubahan yang disadari dan
disengaja (intensional).
Perubahan
perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan
menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya
semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum
dia mengikuti suatu proses belajar.
2.
Perubahan yang berkesinambungan
(kontinyu).
Bertambahnya
pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan
dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga,
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi
dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya”.
3.
Perubahan yang fungsional
Setiap
perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup
individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa
mendatang.
4.
Perubahan yang bersifat positif dan
aktif
Perubahan
perilaku yang terjadi bersifat positif dan menujukkan ke arah kemajuan. Hal ini
juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan dan
individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan, yakni
diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang
lebih bak dari pada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif
artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti proses kematangan, tetapi
karena usaha siswa itu sendiri.
5.
Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan
perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian
yang melekat dalam dirinya.
6.
Perubahan yang bertujuan dan
terarah.
Individu
melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.[2]
b)
Ciri-ciri Pembelajaran
1.
Siswa menjadi pengkaji yang aktif
terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan
generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2.
Guru menyediakan materi sebagai
fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.
3.
Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya
didasarkan pada pengkajian.
4.
Guru secara aktif terlibat dalam
pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi.
5.
Orientasi pembelajaran penguasaan
isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.
6.
Guru menggunakan teknik mengajar
yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
C.
JENIS-JENIS PEMBELAJARAN
Keanekaragaman jenis belajar
ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia
yang juga bermacam-macam.Oleh karena itu, jenis-jenis belajar akan diuraikan
seperti berikut ini:
a) Jenis-jenis belajar berdasarkan
tujuan
1. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah
belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk
memperoleh pemahaman dan pemecah masalah-masalah yang tidak nyata.
2. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan
adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neorumuscular.
Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
3. Belajar Sosial
Belajar sosial pada
dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan
masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan
dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah
persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan.
4. Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan
masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau
berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas, dan tuntas.
5. Belajar Rasional
Belajar rasional adalah
belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (
sesuai dengan akal sehat ). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam
kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
Jenis belajar ini
sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar
rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem
solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan
dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
6. Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan
adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Balajar kebiasaan, selain menggunakan
perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan
ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan
perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu ( kontekstual ).
7. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi
adalah belajar mempertimbangkan ( judgment ) arti penting atau nilai
suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan
ranah rasa (affective skill) yang dalam hal ini kemampuan menghargai
secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi
musik, dan sebagainya.
8. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan
(studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap
objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah
program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan
kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar
siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan
tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam
mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan
penelitian lapangan.[3]
b)
Jenis-jenis belajar berdasarkan Perbedaan sistematika
1.
Belajar Arti Kata-Kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai
menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya
suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Setiap pelajar atau
mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal
ini, maka sukar menggunakannya. Kalaupun dapat menggunakannya, tak urung
ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar
terpenting.
2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah
mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui
tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Dalam
belajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya yang bersifat materiil,
tetapi juga yang bersifat tidak materiil. Objek-objek yang bersifat materiil
misalnya antara lain, orang, binatang, bangunan, kendaraan, perabot rumah
tangga, dan tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat tidak materiil misalnya
seperti ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan sebagainya.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu
aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya
dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang
asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan
kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke
alam sadar.
Dalam menghafal, ada
beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian,
perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh
syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal
tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan
menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.[4]
4. Belajar Teoretis
Bentuk belajar ini
bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu
kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk
memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka,
diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur
hubungan.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian
adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang
sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap
objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental
tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata
(lambang bahasa).
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rule)
termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intelectual skill), yang
dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih
dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan
suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu
menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, "besi
dipanaskan memuai". Karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai
"besi", "dipanaskan" dan "memuai", dan dapat
menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu (besi,
dipanaskan, dan memuai), maka dia dengan yakin mengatakan bahwa "besi
dipanaskan memuai".
Kaidah adalah suatu
pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi
(gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan
yang berlaku sepanjang masa.
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini,
orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui
pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Masalah harus dipecahkan melalui
operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode
bekerja tertentu.
8. Belajar Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Orang yang memiliki
suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani
dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai
anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam ini disebut
"motorik", karena otot, urat dan persendian terlibat secara langsung,
sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian. Misalnya,
seorang sopir sudah menguasai keterampilan mengendarai kendaraannya sedemikian
rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh penanganan
peralatan lalu-lintas di jalan.
9. Belajar Estetis
Bentuk belajar ini
bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam
berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup fakta, seperti nama Mozart
sebagai penggubah musik klasik; konsep-konsep, seperti ritme, tema dan komposisi;
relasi-relasi, seperti hubungan antara bentuk dan isi; struktur-struktur,
seperti sistematika warna dan aliran-aliaran dalam seni lukis; metode-metode,
seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.
D. TIPE-TIPE BELAJAR
Sejalan dengan hal tersebut, Depetter dan Hearchi 2003, mendeskripsikan
ciri-ciri tipe belajar seseorang menjadi sebagai berikut:
1. Tipe Visual
Orang visual
akan lebih memahami melalui apa yang mereka lihat. Warna, hubungan ruang,
potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun beberapa ciri
orang dengan tipe belajar visual, yaitu:
·
Rapi,
teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan
·
Berbicara
dengan cepat
·
Perencana
dan pengatur jangka panjang yang baik
·
Pengeja yang
baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
·
Lebih
mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
·
Mengingat
dengan asosiasi visual
·
Mempunyai
masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering
meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya.
·
Lebih suka
membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat
·
Mencoret-coret
tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat
·
Lebih suka
melakukan demonstrasi daripada berpidato
·
Lebih
menyukai seni gambar daripada musik
·
Sering
menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak
·
Mengetahui
apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata yang tepat
·
Biasanya
tidak terganggu dengan keributan
2. Tipe auditori
Orang dengan
tipe ini akan lebih memahami sesuatu melalui apa yang mereka dengar. Modalitas
ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog internal dan
suara menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
·
Suka
berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
·
Perhatiannya
mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan
·
Menggerakkan
bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
·
Senang
membaca dengan keras dan mendengarkan
·
Dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna suara
·
Merasa
kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan
·
Berbicara
dalam irama yang terpola
·
Lebih suka
musik daripada seni gambar
·
Belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat
·
Suka
berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
·
Lebih suka
gurauan lisan daripada membaca komik
·
Mempunyai
masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti
memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
·
Lebih pandai
mengeja dengan keras daripada menuliskannya
·
Biasanya
pembicara yang fasih
3. Kinestik
Orang dengan
tipe kinestik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan. Modalitas ini
mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan
fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu :
·
Berbicara
dengan perlahan
·
Menyentuh
orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara
·
Berdiri
berdekatan saat berbicara dengan orang
·
Selalu
berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
·
Belajar
melalui memanipulasi dan praktik
·
Menghafal
dengan cara berjalan dan melihat
·
Menggunakan
jari sebagai penunjuk ketika membaca
·
Banyak
menggunakan isyarat tubuh
·
Tidak dapat
diam untuk waktu yang lama
·
Tidak dapat
mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat
itu.
·
Menyukai
permainan yang menyibukkan
·
Mencerminkan
aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetuk-ngetuk pena, jari, atau
kaki saat mendengarkan
·
Ingin
melakukan segala sesuatu
·
Kemungkinan
tulisannya jelek
E. PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR DAN AZAS PEMBELAJARAN
a) Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum
berkaitan dengan:
·
Perhatian dan
motivasi
Perhatian
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah
tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
·
Keaktifan
Dalam setiap
proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa
kegiatan fisik dan kegiatan psikis.
·
Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Menurut
Edgar Dale, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan
siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan
masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata,
tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
·
Pengulangan
Belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya.Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Pengulangan
dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori
tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar,
namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
·
Tantangan
Teori Medan
(Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
·
Balikan dan
penguatan
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responnya.Format sajian berupa tanya jawab,
diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar
yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
·
Perbedaan
individu
Siswa
merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.[5]
b) Asas-Asas Pembelajaran
Pada bagian ini diuraikan 13 asas
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program
pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
·
Lima prinsip dasar dalam pemenuhan
hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak (best
interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to
life, continuity of life and todevelop), (d) hak atas perlindungan (right
to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the
opinions ofchildren).
·
Belajar bukanlah konsekuensi
otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
·
Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri.
·
Yang bisa membuahkan hasil belajar
yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
·
Untuk bisa mempelajari sesuatu
dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan
membahasnya dengan orang lain.
·
Aktivitas pembelajaran pada diri
·
John Holt (1967) proses belajar akan
meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a)mengemukakan kembali
informasi dengan kata-kata sendiri, (b)memberikan contoh, (c)mengenalinya dalam
bermacam bentuk dan situasi, (d)melihat kaitan antara informasi itu dengan
fakta atau gagasan lain, (e)menggunakannya dengan beragam cara, (f)memprediksikan
sejumlah konsekuensinya, (g)menyebutkan lawan atau kebalikannya.
·
Ada 9 konteks yang melingkupi siswa
dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar (d) target siswa (siapa
yang akan belajar), (e) guru, (f)strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran
akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah
konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan
(dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
·
Pembelajaran yang memperhatikan
dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
·
Otak tidak sekadar menerima
informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain
dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
·
Otak kita perlu mengaitkan antara
apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan
cara kita berpikir.
·
Proses belajar harus mengakomodasi
tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
·
Resiprositas (kebutuhan mendalam
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber
motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
F. Tujuan Belajar Dan Pembelajaran
a) Tujuan Belajar
Tujuan
belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan
sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh
siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Tujuan
belajar menurut Sukandi (1983: 18) adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan
perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan
penghargaan. Sedangkan Surakhmat(1986) mengatakan bahwa tujuan belajar adalah
mengumpulkan pengetahuan, penanaman konsep dan pengetahuan, dan pembentukan
sikap dan perbuatan.
Dari uraian diatas, dapat dirangkup
secara umum maka tujuan belajar itu ada 3 jenis, yaitu:
1.
Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini
ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan
berfikir sebagai yang
tidak bisa dipisahkan.
Dengan kata lain tidak
dapat mengembangkan kemampuan
berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berfikir akan
memperkaya pengetahuan.
Tujuan ialah yang
memiliki kecenderungan lebih
besar perkembanganya di dalam
kegiatan belajar. Dalam
hal ini peran
guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2.
Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep
atau merumuskan konsep,
juga memerlukan suatu
keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak
melatih kemampuan.
3.
Pembentukan sikap
Dalam
menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus
lebih bijak dan
hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi
dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai
contoh atau model.[6]
b) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan
landasan bagi:
a.
Penentuan isi (materi) bahan ajar.
b.
Penentuan dan pengembangan strategi
pembelajaran.
c.
Penentuan dan pengembangan alat
evaluasi.
Tujuan
pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang
mengacu pada struktur orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah pernyataan
khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk
tertentu.
Tujuan umum
pembelajaran dapat dibedakan atas:
1.
Tujuan yang bersifat orientatif, diklasifikasikan
atas 3 tujuan, yakni:
a)
Tujuan orientatif konseptual
Pada tujuan
ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep-konsep penting
yang tercakup dalam suatu bidang studi.
b)
Tujuan orientatif prosedural
Pada
tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur.
c)
Tujuan orientatif teoritik
Pada tujuan
ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal
penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
2.
Tujuan pendukung dapat
diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni:
a)
Tujuan pendukung prasyarat, yaitu
tujuan pendukung yang menunjukkan apa yang harus diketahui oleh siswa agar
dapat mempelajari tugas yang didukungnya.
b)
Tujuan pendukung konteks, yaitu
tujuan pendukung yang membantu menunjukkan konteks dari suatu tujuan tertentu
dengan tujuan yang didukungnya.
Selain tujuan umum dan tujuan khusus
di atas, terdapat pula tujuan pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan
kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah
suatu kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju.
Sementara pembelajaran adalah kegiatan timbal balik
antara yang siswa dengan guru atau guru dengan siswa. Pembelajaran memberikan
kesan saling belajar, saling berdiskusi dan saling memberi. Dengan kemajuan
teknologi, boleh jadi anak didik tahu materi pelajaran yang mungkin belum diketahui
oleh guru maka guru boleh juga bertanya kepada siswa atau meminta penjelasan
dari siswa, juga sebaliknya sebagai tugas guru adalah mengajar (materi yang
sesuai dengan tuntunan kurikulum pendidikan guna untuk memberikan pengetahuan baru
kepada siswa).
Selanjutnya, belajar merupakan kegiatan orang sehari‑hari.
Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang
belajar, dan dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh anak
didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik/guru. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh anak didik
terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang.
Prinsip-prinsip
belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan:
-
Perhatian dan motivasi,
-
Keaktifan,
-
Keterlibatan langsung/berpengalaman,
-
Pengulangan,
-
Tantangan,
-
Balikan dan penguatan, serta
-
Perbedaan individual
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi. Abu 1997. Strategi Belajar Mengajar.Bandung: CV
Pustaka Setia.
Dimyati Dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta
: Rineka Cipta.
Muhibbinsyah. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT RemajaProsakarya.
Sadirman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
[2]
Muhibbinsyah , psikologi pendidikan:
(bandung:PT remaja rosdakarya offset, 2010) hlm 114-115
[3]
Muhibbinsyah , psikologi pendidikan:
(bandung:PT remaja rosdakarya offset, 2010) hlm 120-122
[4]Prof.
Dr. Wina Sanjaya, M.pd,Media komunikasi Pembelajaran:(Jakarta:Kencana
Prenada Media Group,2012) hlm 51
[6]
Sardiman A.M. , Interaksi dan
motivasi belajar mengajar : (jakarta:PT raja grafindo persada, 2011) hlm
26-29
1xbet korean bet | BKOSI388
BalasHapus1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet 1xbet login · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean