Senin, 23 Maret 2015

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Belajar merupakan proses aktif yang dilakukan oleh peserta didik dalam rangka membangun pengetahuannya.Belajar bukanlah proses pasif yang hanya menerima pengetahuan dari guru atau sumber-sumber lain. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangandengan hakikat belajar. Peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sangat diperlukan karena ia merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
B.     RUMUSAN MASALAH
1)      Apakah pengertian belajar dan pembelajaran ?
2)      Apakah ciri-ciri dari belajar dan pembelajaran
3)      Apakah prinsip belajar dan azas pembelajaran ?
4)      Apakah tujuan belajar dan pembelajaran?

C.    TUJUAN
1)      Untuk mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran
2)      Untuk mengetahui prinsip belajar dan azas pembelajaran
3)      Untuk mengetahui apa saja prinsip belajar dan azas pembelajaran
4)      Untuk mengetahui tujuan dari belajar dan pembelajaran














BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
a)      Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar tidak hanya merupakan suatu aktifitas yang dilakukan saat berada di sekolah, di universitas atau ditempat-tempat formal lain yang memberikan suatu pembelajaran, karena sebuah ilmu dapat kita temukan dimana saja.
Berikut defenisi belajar yang diberikan oleh para ahli:
a.       Moh. Surya (1997): “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
b.      Skinner: “bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.[1]
b)     Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Pembelajaran adalah kegiatan timbal balik antara yang siswa dengan guru atau guru dengan siswa. Pembelajaran memberikan kesan saling belajar, saling berdiskusi dan saling memberi. Dengan kemajuan teknologi, boleh jadi anak didik tahu materi pelajaran yang mungkin belum diketahui oleh guru maka guru boleh juga bertanya kepada siswa atau meminta penjelasan dari siswa, juga sebaliknya sebagai tugas guru adalah mengajar (materi yang sesuai dengan tuntunan kurikulum pendidikan guna untuk memberikan pengetahuan baru kepada siswa). Selanjutnya, belajar merupakan kegiatan orang sehari‑hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar, dan dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh anak didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik/guru. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh anak didik  terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang.

B.     CIRI-CIRI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
a)      Ciri-ciri Belajar
Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
1.      Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
2.      Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya”.
3.      Perubahan yang fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
4.      Perubahan yang bersifat positif dan aktif
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat positif dan menujukkan ke arah kemajuan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan dan individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih bak dari pada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
5.      Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
6.      Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.[2]
b)     Ciri-ciri Pembelajaran
1.      Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2.      Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.
3.      Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.
4.      Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi.
5.      Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.
6.      Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.

C.    JENIS-JENIS PEMBELAJARAN
Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.Oleh karena itu, jenis-jenis belajar akan diuraikan seperti berikut ini:
a)      Jenis-jenis belajar berdasarkan tujuan
1.      Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecah masalah-masalah yang tidak nyata.
2.      Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neorumuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
3.      Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
4.      Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.
5.      Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional ( sesuai dengan akal sehat ). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki  kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
6.      Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Balajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu ( kontekstual ).
7.      Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan ( judgment ) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skill) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
8.      Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.[3]



b)     Jenis-jenis belajar berdasarkan Perbedaan sistematika
1.      Belajar Arti Kata-Kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalaupun dapat menggunakannya, tak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar terpenting.
2.      Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Dalam belajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya yang bersifat materiil, tetapi juga yang bersifat tidak materiil. Objek-objek yang bersifat materiil misalnya antara lain, orang, binatang, bangunan, kendaraan, perabot rumah tangga, dan tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat tidak materiil misalnya seperti ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan sebagainya.
3.      Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.[4]
4.      Belajar Teoretis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan.
5.      Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
6.      Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intelectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, "besi dipanaskan memuai". Karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai "besi", "dipanaskan" dan "memuai", dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka dia dengan yakin mengatakan bahwa "besi dipanaskan memuai".
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa.
7.      Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
8.      Belajar Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam ini disebut "motorik", karena otot, urat dan persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian. Misalnya, seorang sopir sudah menguasai keterampilan mengendarai kendaraannya sedemikian rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh penanganan peralatan lalu-lintas di jalan.
9.      Belajar Estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup fakta, seperti nama Mozart sebagai penggubah musik klasik; konsep-konsep, seperti ritme, tema dan komposisi; relasi-relasi, seperti hubungan antara bentuk dan isi; struktur-struktur, seperti sistematika warna dan aliran-aliaran dalam seni lukis; metode-metode, seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.

D.    TIPE-TIPE BELAJAR
Sejalan dengan hal tersebut, Depetter dan Hearchi 2003, mendeskripsikan ciri-ciri tipe belajar seseorang menjadi sebagai berikut:
1.      Tipe Visual
Orang visual akan lebih memahami melalui apa yang mereka lihat. Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun beberapa ciri orang dengan tipe belajar visual, yaitu:
·         Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan
·         Berbicara dengan cepat
·         Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
·         Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
·         Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
·         Mengingat dengan asosiasi visual
·         Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya.
·         Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat
·         Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat
·         Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato
·         Lebih menyukai seni gambar daripada musik
·         Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak
·         Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata yang tepat
·         Biasanya tidak terganggu dengan keributan

2.      Tipe auditori
Orang dengan tipe ini akan lebih memahami sesuatu melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog internal dan suara menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
·         Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan
·         Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
·         Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
·         Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna suara
·         Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan
·         Berbicara dalam irama yang terpola
·         Lebih suka musik daripada seni gambar
·         Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat
·         Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
·         Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
·         Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
·         Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
·         Biasanya pembicara yang fasih

3.      Kinestik
Orang dengan tipe kinestik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan. Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu :
·         Berbicara dengan perlahan
·         Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara
·         Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang
·         Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
·         Belajar melalui memanipulasi dan praktik
·         Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
·         Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
·         Banyak menggunakan isyarat tubuh
·         Tidak dapat diam untuk waktu yang lama
·         Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu.
·         Menyukai permainan yang menyibukkan
·         Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetuk-ngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan
·         Ingin melakukan segala sesuatu
·         Kemungkinan tulisannya jelek


E.     PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN AZAS PEMBELAJARAN
a)      Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan:
·         Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
·         Keaktifan
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.
·         Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
·         Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya.Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
·         Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
·         Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya.Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
·         Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.[5]
b)     Asas-Asas Pembelajaran
Pada bagian ini diuraikan 13 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
·         Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and todevelop), (d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions ofchildren).
·         Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
·         Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
·         Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
·         Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
·         Aktivitas pembelajaran pada diri
·         John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a)mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b)memberikan contoh, (c)mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d)melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e)menggunakannya dengan beragam cara, (f)memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g)menyebutkan lawan atau kebalikannya.
·         Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f)strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
·         Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
·         Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
·         Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
·         Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
·         Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.


F.     Tujuan Belajar Dan Pembelajaran
a)      Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Tujuan belajar menurut Sukandi (1983: 18) adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan penghargaan. Sedangkan Surakhmat(1986) mengatakan bahwa tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.
Dari uraian diatas, dapat dirangkup secara umum maka tujuan belajar itu ada 3 jenis, yaitu:
1.      Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan  kemampuan  berfikir  sebagai  yang  tidak  bisa  dipisahkan.  Dengan  kata lain  tidak  dapat  mengembangkan  kemampuan  berfikir  tanpa  bahan pengetahuan,  sebaliknya  kemampuan  berfikir  akan  memperkaya pengetahuan.  Tujuan  ialah  yang  memiliki  kecenderungan  lebih  besar perkembanganya  di  dalam  kegiatan  belajar.  Dalam  hal  ini  peran  guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2.      Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman  konsep  atau  merumuskan  konsep,  juga  memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
3.      Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru  harus  lebih  bijak  dan  hati-hati  dalam  pendekatanya. Untuk  ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.[6]

b)     Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan bagi:
a.       Penentuan isi (materi) bahan ajar.
b.      Penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran.
c.       Penentuan dan pengembangan alat evaluasi.
Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada struktur orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.
Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan atas:
1.      Tujuan yang bersifat orientatif, diklasifikasikan atas 3 tujuan, yakni:
a)      Tujuan orientatif konseptual
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep-konsep penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
b)      Tujuan orientatif prosedural
     Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur.
c)      Tujuan orientatif teoritik
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
2.      Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni:
a)      Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang menunjukkan apa yang harus diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.
b)      Tujuan pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu menunjukkan konteks dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.
Selain tujuan umum dan tujuan khusus di atas, terdapat pula tujuan pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.



























BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju.
Sementara pembelajaran adalah kegiatan timbal balik antara yang siswa dengan guru atau guru dengan siswa. Pembelajaran memberikan kesan saling belajar, saling berdiskusi dan saling memberi. Dengan kemajuan teknologi, boleh jadi anak didik tahu materi pelajaran yang mungkin belum diketahui oleh guru maka guru boleh juga bertanya kepada siswa atau meminta penjelasan dari siswa, juga sebaliknya sebagai tugas guru adalah mengajar (materi yang sesuai dengan tuntunan kurikulum pendidikan guna untuk memberikan pengetahuan baru kepada siswa).
Selanjutnya, belajar merupakan kegiatan orang sehari‑hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar, dan dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh anak didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik/guru. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh anak didik  terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang.
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan:
-          Perhatian dan motivasi,
-          Keaktifan,
-          Keterlibatan langsung/berpengalaman,
-          Pengulangan,
-          Tantangan,
-          Balikan dan penguatan, serta
-          Perbedaan individual




















DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Abu 1997. Strategi Belajar Mengajar.Bandung: CV Pustaka Setia.
Dimyati Dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Muhibbinsyah. 2010. Psikologi PendidikanBandung : PT RemajaProsakarya.
Sadirman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.  Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


[1][1]Muhibbinsyah ,  psikologi pendidikan: (bandung:PT remaja rosdakarya offset, 2010) hlm 88

[2] Muhibbinsyah ,  psikologi pendidikan: (bandung:PT remaja rosdakarya offset, 2010) hlm 114-115
[3] Muhibbinsyah ,  psikologi pendidikan: (bandung:PT remaja rosdakarya offset, 2010) hlm 120-122

[4]Prof. Dr. Wina Sanjaya, M.pd,Media komunikasi Pembelajaran:(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2012) hlm 51

[5]  Dr.Dimyati ,  Belajar dan pembelajaran: (jakarta: Rineka Cipta, 2009) hlm 41-42

[6] Sardiman A.M. ,  Interaksi dan motivasi belajar mengajar : (jakarta:PT raja grafindo persada, 2011) hlm 26-29

1 komentar:

  1. 1xbet korean bet | BKOSI388
    1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet 1xbet login · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean bet · 1xbet korean

    BalasHapus