BAB I
PEMBAHASAN
TEORI-TEORI PENDIDIKAN ANAK MENURUT BEBERAPA TOKOH
Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di saat ini tidak
terlepas dari teori-teori yang disampaikan oleh para ahli, baik ahli psikologi,
filsuf, dan pemerhati pendidikan. Teori-teori serta aliran-aliran tersebut
sangat membantu guru-guru saat ini dalam menghadapi Anak Usia Dini, metode apa
yang harus dilakukan untuk mengajar anak, dan bagaimana menghadapi anak serta
perilaku-perilakunya.
Terlaksananya Pendidikan Anak Usia Dini (selanjutnya ditulis
PAUD) tidak dapat terlepas dari pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh pencetus PAUD
itu sendiri. Tanpa pemikiran dari mereka, pendidikan anak usia dini mungkin
saja masih tidak diperhatikan. Berikut adalah pemikiran-pemikiran (filosofi)
tentang PAUD.
1.
Teori Howard
Gardner (1943)
Teori Howard
Gardner muncul dalam zaman kita hidup sekarang ini. Ia mengatakan bahwa pada
hakekatnya setiap anak adalah anak yang cerdas. Pandangan ini menentang bahwa
kecerdasan hanya dilihat dari factor IQ. Garden melihat kecerdasan dari
berbagai dimensi. Setiap kecerdasan yang dimiliki akan dapat mengantarkan anak
mencapai kesuksesan. Pendidik atau guru perlu memfasilitasi setiap kecerdasan
yang dimiliki anak dalam pembelajaran dan kegiatan belajar.
Macam-macam kecerdasan menurut Gardner
adalah :
a. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah
kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun
tulisan.
Ciri-ciri:
o Anda senang bermain dengan
kata-kata, Anda menikmati puisi, Anda suka mendengarkan cerita.
o Anda membaca apa saja; buku,
majalah, surat kabar dan bahkan label produk.
o Anda merasa mudah dan percaya diri
mengekspresikan diri anda baik secara lisan maupun tulisan.
o Anda suka membumbui percakapan anda
dengan hal-hal menarik yang baru saja anda baca atau dengar.
o Anda suka mengerjakan teka-teki
silang, bermain scrable atau bermain puzzle.
b. Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan logika matematika ialah
kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun
solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal).
Ciri-ciri:
o Anda senang bekerja dengan angka dan
dapat melakukan perhitungan mental (mencongak).
o Anda tertarik dengan kemajuan
teknologi dan gemar melakukan percobaan untuk melihat cara kerja sesuatu hal.
o Anda merasa mudah melakukan
perencanaan keuangan. Anda menetapkan target dalam bentuk angka dalam bisnis
dan hidup anda.
o Anda senang menyiapkan jadwal
perjalanan secara terperinci. Anda sering menyiapkan, memberi nomor dan
menetapkan suatu daftar kerja (to-do-list).
o Anda senang dengan permainan, puzzle
atau sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir logis dan statistis seperti
permainan cheker atau catur.
c. Kecerdasan Visual Dan Spasial
Kecerdasan visual dan spasial adalah
kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat
(cermat).
Ciri-ciri:
o Anda menyukai seni, menikmati
lukisan dan patung, Anda memilki citra rasa yang baik akan warna.
o Anda cenderung menyukai pencatatan
secara visual dengan menggunakan kamera atau handycam.
o Anda bisa menulis dengan cepat saat
anda mencatat atau berpikir mengenai sesuatu.
o Anda dapat menggambar dengan cukup
baik.
o Anda merasa mudah membaca peta atau
melakukan navigasi, anda memilki kemampuan mengerti arah yang baik.
d. Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik adalah kemampuan
untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan
mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap
ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar.
Ciri-ciri:
o Anda dapat memainkan alat musik.
o Anda dapat menyanyi sesuai dengan
tinggi rendahnya kunci nada.
o Anda mengikuti irama musik dengan
baik dan tanpa sadar mengetuk-ngetukkan jari anda mengikuti irama lagu itu.
e. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal ialah
kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang
lain.
Ciri-ciri:
o Anda senang bekerja sama dengan
orang lain dalam suatu kelompok atau komite.
o Anda lebih suka belajar kelompok
dari pada belajar sendiri.
o Orang sering kali datang kepada anda
untuk meminta nasihat.
o Anda lebih suka team sport seperti
basket, soffball, sepak bola dari pada individual seperti renang dan lari.
f. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri
sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi
dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri.
Ciri-ciri:
o Anda memiliki buku harian untuk
mencatat pikiran anda yang sangat dalam dan pribadi.
o Anda sering menyendiri untuk memikirkan
dan memecahkan masalah itu sendiri.
o Anda menetapkan tujuan anda.
o Anda adalah seorang pemikir
independen (mandiri). Anda tahu pikiran anda dan anda memutuskan sendiri
keputusan anda.
o Anda mempunyai hobi atau kesenangan
yang bersifat pribadi yang tidak banyak anda bagikan atau ungkapkan kepada
orang lain.
g. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik ialah
kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide,
pemikiran dan perasaan.
Ciri-ciri:
o Anda gemar berolahraga atau melakukan
kegiatan fisik.
o Anda cakap dalam melakukan sesuatu
seorang diri.
o Anda senang memikirkan persoalan
sambil aktif dalam kegiatan fisik seperti berjalan atau lari.
o Anda tidak keberatan jika diminta
untuk menari.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah
kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori
terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan.
Ciri-ciri:
o Anda senang memelihara atau menyukai
hewan.
o Anda dapat mengenali dan membedakan
nama berbagai jenis pohon, bunga dan tanaman.
o Anda tertarik dan memilki
pengetahuan yang cukup mengenai bagaimana tubuh bekerja di mana letak organ
tubuh yang penting- dan anda mengerti akan kesehatan.
o Anda tahu jalur atau jalan setapak,
sarang burung dan hewan liar lainnya saat anda berjalan di alam dan anda bisa
“membaca” cuaca.
o Anda dapat membayangkan diri anda
sebagai seorang petani atau mungkin anda suka memancing.
Menurut Gardner setiap anak
memiliki peluang untuk belajar dengan gaya masing-masing anak. Bila hal ini dipenuhi maka anak
akan berkembang dengan sukses.
2.
John Bowlby
(1907 – 1990).
John Bowlby terkenal sebagai salah
seorang pelopor teori Ethologi. Dia lahir di London. Dia merupakan seorang guru
di Proggessive Schools for Children, yang memberi perawatan medis dan latihan
psiko-analitik. Teori Bowlby yang tekenal adalah tentang teori kedekatan (attachment) Menurutnya, secara genetis anak
akan dekat dan nyaman dengan ibunya. Anak juga dapat dekat dengan orang-orang
yang dapat membuatnya nyaman dan membantunya untuk bertahan hidup. Salah satu
attachment bayi adalah menangis ketika ditinggalkan pengasuhnya dan tersenyum
ketika pengasuhnya datang atau memberi makan. Menurut Bowlby meskipun respon
sosial bayi pada awalnya tanpa diskrimisasi. Anak yang kehilangan kesempatan
untuk memperoleh hubungan sosial dengan orang lain akan mempengaruhi
perkembangan sosial anak.
Bila anak kehilangan kesempatan untuk
megembangkan hubungan anak dengan lingkugan sosial selama periode bayi, maka
mungkin hubungan sosial anak akan menjadi menyimpang setelah dewasa. Bayi yang kehilangan kontak
yang memuaskan dengan manusia lain mereka akan kesulitan untuk mengembangkan
tingah laku sosial yang sesuai. Pendidikan menurut Bowlby adalah melatih anak untuk bekerja
sama dengan orang-orang di sekitar anak.
3.
Jean Piaget
(1907 – 1980)
Piaget adalah ilmuwan dari Swis yang
paling terkenal dan paling berkembang dalam teori yang mendukung pendidikan
anak masa kini. Ia sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan, proses belajar dan
berpikir.
Istilah
kognitif mulai banyak dikemukakan ketika teori-teori Jean Piaget banyak ditulis
dan dibicarakan pada kira-kira permulaan tahun 1960. Pengertian kognisis
sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk
mengetahui sesuatu. Piaget sendiri mengemukakan bahwa perkembangan kognitif
bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan saja,
melainkan interaksi antara keduanya. Dalam psikologi kognitif, bahasa menjadi
salah satu objek-materialnya, karena bahasa merupakan perwujudan fungsi-fungsi
kognitif.
Piaget melihat
adanya sistem yang mengatur dari dalam, sehingga organisme mempunyai sistem
pencernaan, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain. Hal seperti ini juga
terjadi dalam sistem kognisi, sistem yang mengatur di dalam yang kemudian
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Sistem mengatur yang menetap
terdapat sepanjang perkembangan seseorang.
Perkembangan
kognitif dengan demikian mempunyai 4 aspek yaitu :
a. Kematangan, Kematangan ini merupakan pengembangan
dari susunan syaraf.
b. Pengalaman,
yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya, dengan
dunianya.
c. Transmisi
sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan
lingkungan sosial, misalnya cara pengasuhan dan pendidikan dari orang lain yang
diberikan kepada anak.
d. Ekuilibrasi,
yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak, agar ia selalu mampu
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Tahap-tahap perkembangan oleh Jean
Piaget dibagi dalam masa-masa perkembangan sebagai berikut :
a) Masa Sensori-motor (0-2 tahun)
Masa ketika bayi mempergunakan sistem
pengindraan dan aktivitas-aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya
mengenal obyek-obyek. Contoh yang jelas dapat dilihat pada kemampuan bayi untuk
menggerakkan otot-otot di sekitar mulut, gerakan mengenyot bilamana sedang
menyusu. Jelas bahwa refleks yang diperlihatkan bayi bukan suatu kemampuan yang
timbul dari hasil belajar dalam hubungan dengan lingkungan melainkan sesuatu
kemampuan yang sudah ada ketika bayi dilahirkan. Dengan berfungsinya alat-alat
indera serta kemampuan-kemampuan melakukan gerakan motorik dalam bentuk
refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan
dunianya.
b) Masa Pra-operasional (2-7 tahun)
Perkembangan yang jelas terlihat pada
masa ini berbeda dengan masa sebelumnya ialah kemampuan mempergunakan simbol.
Fungsi simbolik, yakni kemampuan untuk mewakilkan sesuatu yang tidak ada, tidak
terlihat dengan sesuatu yang lain atau sebaliknya sesuatu yang tidak ada.
Fungsi simbolik ini bisa nyata atau abstrak. Dengan berkembangnya kemampuan
mensimbolisasikan ini, anak memperluas ruang lingkup aktivitasnya yang
menyangkut hal-hal yang sudah lewat, atau hal-hal yang akan datang, dan masa
sekarang.
Pada akhir masa pra-operasional,
dasar-dasar pengelompokkan benda atas
dasar sifat-sifat khusus dan benda-benda tersebut sudah bisa dilakukan, tetapi
baru dengan satu dimensi saja. Piaget mengatakan anak-anal pada masa
pra-operasional belum bisa memusatkan perhatian pada dua dimensi yang berbeda
secara serempak.
c) Masa Operasional Konkrit / konkrit-operasional (7-11
tahun)
Pada masa ini anak-anak sudah mulai
bisa melakukan bermacam-macam tugas, misalnya menyusun tongkat-tongkat, dan
menjawab pertanyaan mengenai konservasi angka maupun isi dengan benar.
Egosentrisme pada anak terlihat dari
ketidakmampuannya untuk melihat pikiran dan pengalaman sebagai dua gejala yang
masing-masing berdiri sendiri. Dalam perkembangan kognitif lebih lanjut
anak-anak akan mencapai kemampuan untuk berpikir dalam dua komponen, yakni
pikirannya mengenai realitas dan realitasnya sendiri.
d) Masa Operasional Formal / formal-operasional (11-dewasa)
Masa ketika seorang anak
memperkembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir abstrak dan hipotesis. Pada
masa ini anak bisa memikirkan hal-hal apa yang akan atau mungkin terjadi,
sesuatu yang abstrak dan menduga apa yang terjadi.
Piaget dengan teori-teorinya bermaksud menerangkan
perkembangan kognisi pada anak-anak yang baru dilahirkan dan seterusnya lebih
menghendakinya sebagai sumbangannya terhadap pengetahuan tentang kemanusiaan
daripada sebagai penerapan teori-teorinya di dalam ruang kelas. Piaget
menganggap hal belajar sebagai suatu proses yang aktif dan harus disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan anak. Belajar pada anak bukan sesuatu yang
sepenuhnya bergantung pada guru.
4.
John Locke (1632-1704)
Jhon Locke hidup pada 1932-1704.
Jhon Locke terkenal dengan teori yang dikemukakannya, yaitu teori “Tabula
Rasa”. Teori ini memandang bahwa anak sebagai kertas putih. Teori ini memandang
bahwa anak sejak lahir anak tidak berdaya dan tidak memiliki apa-apa. Anak
berada dan hidup didalam lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap proses
pembentukkan dirinya. Lingkunganlah yang membentuk dan memberi warna kertas
putih. Warna atau isi ini sebagai pengalaman. Melalui pengalaman yang dimiliki
anak saat berada di lingkungannya pada saat itu akan menentukan pola pikir dan
sifat alami atau karakter anak. Jhon Locke sangat mempercayai bahwa untuk
mendapatkan pembelajaran dari lingkungannya diperlukan satu cara, yaitu mendapatkan
pelatihan-pelatihan sensoris. Pelatihan ini bertujuan untuk membentuk kesiapan
belajar (learning leardiness). Kesiapan inilah yang memengaruhi keberhasilan
anak belajar kelak.
Aliran ini meyakini bahwa dengan
memberikan pengalaman melalui didikan tertentu kepada anak, maka akan
terwujudlah apa yang diinginkan. Sementara itu pembawaan yang berupa kemampuan
dasar yang dibawa seseorang sejak lahir diabaikan sama sekali. Penganut aliran
ini masih berkeyakinan bahwa manusia dipandang sebagai makhluk yang dapat
dimanipulasi karena keberadaannya yang pasif. John Locke dalam teori
“tabularasa” mengemukakan:
1) Pada waktu manusia dilahirkan,
keadaan akalnya masih bersih, ibarat kertas kosong yang belum bertuliskan
apapun (tabula rasa).
2) Pengetahuan baru muncul ketika indra
manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan mengamati berbagai kejadian
dalam kehidupan.
3) Kertas tersebut mulai bertuliskan
berbagai pengalaman indrawi.
Pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan
demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini, seorang pendidik memegang
peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya. Pengalaman
belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan anak
usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh
pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada
anak dengan menciptakan lingkungan yang kodusif dimana anak dapat
mengeksplorasi dirinya , memberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan
memahami pengalaman belajar yang diperolehnya melalui lingkungan melalui cara
mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang yang
melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Dengan adanya
teori-teori dari para ahli mengenai perkembangan Anak Usia Dini, sangatlah
membantu tenaga pengajar, khususnya pada PAUD untuk memahami bagaimana
perkembangan anak, baik dari segi kognisi, motorik, sosial dan emosional.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurani.
Yuliani 2013. Konsep Dasar Pendidikan
Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Patmonodewo. Soemiarti 2008. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Yus. Anita 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar